Bertambah, Satu Orang Kru WNI Kapal Pesiar Positif Virus Korona

- Kamis, 20 Februari 2020 | 11:30 WIB
Penumpang kapal pesiar Diamond Princess lega setelah karantina berakhir. Mereka yang dinyatakan negatif virus Korona memilih langsung pulang (CHARLY TRIBALLEAU / AFP)
Penumpang kapal pesiar Diamond Princess lega setelah karantina berakhir. Mereka yang dinyatakan negatif virus Korona memilih langsung pulang (CHARLY TRIBALLEAU / AFP)

JAKARTA- Kru kapal pesiar Diamond Princess asal Indonesia yang terinfeksi virus korona bertambah lagi kemarin. Satu orang dinyatakan positif terjangkit virus yang dinamai Covid-19 itu oleh otoritas kesehatan Jepang. 

Informasi tersebut disampaikan oleh Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha sore kemarin. Satu orang kru WNI tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit di Tokyo untuk menjalani perawatan. 

“Jadi hingga 19 Februari sudah ada empat orang WNI yang terinfeksi korona. Dua orang dirawat di rumah sakit kota Chiba, dua orang lainnya di rumah sakit Tokyo,” beber Judha di M Blok Square kemarin.

 Tim KBRI Jepang di Tokyo sudah mendampingi para kru tersebut di rumah sakit masing-masing. Mereka memastikan keempat WNI yang positif terinfeksi Covid-19 tersebut mendapat penanganan medis yang baik. Menurut laporan, kata Judha, kondisi mereka masih stabil. 

 Per 19 Februari kemarin, seharusnya masa karantina di kapal pesiar Diamond Princess sudah berakhir. Meski begitu, dengan adanya temuan baru, Kemenlu masih harus memastikan kepada otoritas kesehatan Jepang untuk memulangkan para kru WNI yang sehat. “Ini yang masih kami koordinasikan dengan Kemenlu Jepang untuk perkembangan lebih lanjut,” ujarnya.

Judha mengakui, pihaknya tidak bisa seenaknya langsung membawa pulang mereka. Harus ada kepastian terkait jaminan kesehatan, pekerjaan, dan keselamatan keluarga para kru jika nantinya sudah kembali ke tanah air. “Untuk pemulangan tentu kita tidak asal memulangkan begitu saja. Tapi dalam case ini harus banyak yang dikelola,” imbuh Judha.

Yang jelas, pihaknya selalu memantau perkembangan situasi dan kondisi para WNI di sana. Baik melalui KBRI di Tokyo maupun WhatsApp grup yang dibentuk bersama dengan para kru WNI. Setiap laporan yang didapat, lanjut dia, sudah langsung dikomunikasikan ke pihak keluarga masing-masing kru. 

Sementara itu, Judha juga menyampaikan mengenai kondisi tiga orang mahasiswa Indonesia yang masih berada di Hubei, Tiongkok. Mereka tersebar di dua kita. Seorang berada di Wuhan dan dua orang lainnya di Xianning. Ketiganya tinggal di asrama.

Dua orang yang berada di Xianning diketahui merupakan mahasiswa kedokteran. “Jadi tentu mereka paham dengan protokol kesehatan yang harus dijalani,” jelasnya. Tim KBRI Beijing setiap hari menjalin komunikasi dengan ketiga mahasiswa tersebut. Untuk menjaga kondisi mental mereka, KBRI Beijing mengundang psikolog. “Menelpon secara rutin. Untuk teman bicara, agar tidak kesepian. Dan tentunya tetap kami berikan bantuan logistik,” terangnya.

Pada kesempatan tersebut Judha juga menyampaikan kabar gembira. Seorang TKI di Singapura dikabarkan terinfeksi Covid-19 pada 4 Februari lalu itu dinyatakan sembuh. Hasilnya, pemeriksaan menyatakan negatif (Covid-19).  

“Sehubungan dengan permintaan WNI tersebut, identitas tidak dapat kami sampaikan. Yang jelas dia sudah keluar dari rumah sakit setelah 14 hari dirawat,” ujar Judha. Dengan demikian, sudah tidak ada lagi WNI yang dilaporkan positif virus korona di Singapura. 

 Hal senada juga diungkap oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto. Ia menegaskan, penjemputan WNI negatif Covid-2019 usai karantina di Jepang tidak bisa terburu-buru pasca masa inkubasi. Pemerintah akan berkoordinasi dengan Pemerintah Jepang untuk memastikan semua dalam kondisi stabil. Baru setelahnya, pemerintah bisa melakukan penjemputan. Sama seperti WNI di Hubei, Tiongkok sebelumnya.  

Itu pun, harus melalui komunikasi dengan pihak perusahaan tempat para WNI di Kapal Diamond Princess bekerja. "Kita terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Prinsipnya, tidak buru-buru. Tidak emosionil," katanya.  

Perihal rencana penambahan masa inkubasi oleh Jepang, pria yang akrab disapa Yuri ini menjelaskan, jika memang ada perbedaan mengenai lama masa inkubasi. WHO sendiri menyarankan  masa inkubasi dilakukan selama 14 hari. Meski baru-baru ini sejumlah peneliti di Tiongkok bahkan menyarankan agar diterapkan selama 24 hari.  

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

PGRI Desak Tak Ada Lagi Guru Kontrak

Sabtu, 27 April 2024 | 08:46 WIB

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X