Pendaki Tolak Heli dan Penginapan Mewah di Rinjani, Ini Alasannya

- Kamis, 20 Februari 2020 | 10:58 WIB
Lokasi kemping (camping) yang biasa dilakukan pendaki Rinjani.
Lokasi kemping (camping) yang biasa dilakukan pendaki Rinjani.

MATARAM-Penyediaan fasilitas heli tourism dan penginapan mewah di Gunung Rinjani ditolak. ”Pendaki, TO dan pencinta alam tidak setuju,” kata Kuswandi Harun alias Stuk, salah seorang trekking organizer (TO) Gunung Rinjani, (19/2).

Apapun alasannya, kata Stuk, dia tidak setuju karena pasti akan merusak keindahan alam Rinjani. ”Pasti dia akan menyaingi usaha pendakian lokal,” katanya.

Menurutnya, camping mewah atau glamorous camping (Glamping) di Rinjani pasti akan menjadi satu kesatuan paket wisata dengan heli tourism. Sehingga mereka tidak mungkin menggunakan TO dan porter lokal. Kalau mereka mengaku akan menggunakan tenaga lokal, dia ragu. ”Ini sama saja bohong,” katanya.

Konsep penginapan mewah hanya satu hari yang ditawarkan PT Rinjani Glamping Indonesia pasti akan menggunakan helikopter. ”Kalau mendaki kita butuh waktu tiga hari, tarus bagaimana mau satu hari kalau gak pakai heli,” katanya.

Jika diizinkan, lambat laun pembangunan fasilitas itu akan menggerus mata pencairan para TO dan porter di sana. ”Jangka panjangnya ini akan menghapus pendakian secara konvensional,” katanya.

Kekhawatiran lainnya, kalau bisnis mereka lancar, dia yakin helikopter akan mondar mandir di kawasan hutan Rinjani. ”Itu akan sangat berpengaruh terhadap flora dan fauna di Rinjani,” katanya.

Dari sisi estetika, aktivitas glamping dan heli tourism di Gunung Rinjani juga tidak elok. ”Dia akan merusak estetika di Rinjani,” katanya.

Gunung Rinjani, kata Stuk, bukan saja tempat wisata pendakian, tapi rinjani punya makna mendalam bagi masyarakat Lombok. ”Di sana tempat orang beribadah, meditasi, dan kegiatan adat budaya lainnya,” katanya.

Jika ada aktivitas heli tourism lalu lalang, masyarakat pasti akan terganggu. ”Ketenangannya akan hilang,” katanya.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) NTB Kusnadi mengatakan, pembangunan glamping akan menggunakan sisi dalam kaldera Gunung Rinjani. ”Saya belum tahu dia sudah melakukan feasibility study atau tidak untuk pemanfatan lahan,” katanya.

Dia meminta sebelum proyek itu dijalankan, harus dilakukan kajian mendalam berapa luas lahan dan dampak secara ekologi. ”Harus dipertimbangkan,” katanya.

Khusus untuk helikopter, dari sisi geologi tidak terlalu berdampak, sebab mereka tidak menggunakan lahan terlalu banyak. ”Tapi yang jadi masalah dari sisi ekologi,” katanya.

Dari sisi ekologi harus dikaji, apakah hutan dengan segala kekayaan flora dan fauna di sana tidak terganggu. ”Terutama fauna ya, burung, primata apakah terganggu atau tidak nanti di sana,” katanya.

Di sisi lain, meski heli milik Airbus sedikit menggunakan lahan namun dia akan tetap memanfaatkan lahan untuk tempat mendarat. ”Ini juga harus diperhatikan,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

PGRI Desak Tak Ada Lagi Guru Kontrak

Sabtu, 27 April 2024 | 08:46 WIB

Garuda Layani 9 Embarkasi, Saudia Airlines 5

Senin, 22 April 2024 | 08:17 WIB
X