URUMQI – Dokumen pemerintah lokal di Xinjiang yang memuat kebijakan pengawasan dan penahanan etnis Uighur bocor. CNN merilis bahwa sebagian besar alasan penahanan kelompok minoritas tersebut adalah hal sepele. Misalnya, pemakaian cadar.
Dokumen yang diperoleh merupakan berkas PDF berisi 137 halaman laporan pemerintah di wilayah Karakax, barat laut Xinjiang. Laporan itu menunjukkan apa saja yang menjadi pertimbangan otoritas sebelum menjebloskan warga Xinjiang ke kamp reedukasi. Beijing ternyata tidak hanya mengumpulkan data identitas dan pekerjaan mereka.
Selain identitas pokok, pemerintah mengumpulkan informasi yang disebut Three Circles. Isinya adalah informasi keluarga besar, pergaulan sosial, dan kelompok agama dari seorang penduduk Karakax. Beberapa catatan sampai menggambarkan tetangga atau kakek dari orang yang sedang diawasi.
’’Isi dokumen ini menunjukkan paranoidnya rezim yang sedang berusaha menjadi negara adidaya dunia,’’ papar Adrian Zenz, pakar Tiongkok yang mengetuai tim verifikasi dokumen.
Hingga saat ini, tim baru memastikan bahwa 331 di antara total 2.800 nama yang disebut dalam 667 catatan adalah sosok asli. Namun, tim yang terdiri atas banyak pakar itu menjamin bahwa dokumen tersebut memang asli dari pemerintah Tiongkok.
Zenz menjelaskan, beberapa pertimbangan otoritas untuk menahan Uighur jauh dari kata kriminal. Sebanyak 114 tahanan di kamp reedukasi ditahan karena melawan dengan memiliki banyak anak. Beijing hanya mengizinkan maksimal tiga anak di keluarga Uighur. Selain mereka, 25 penduduk ditangkap lantaran mempunyai paspor, tetapi belum pernah bepergian ke luar negeri. Lalu, 13 orang ditahan karena keluarga mereka punya kepercayaan yang kuat. ’’Jelas bahwa kamp reedukasi bukan tempat orang radikal yang bersalah. Mereka hanya mengelompokkan orang berdasar kecurigaan atau karena taat beribadah,’’ ungkap Zenz.
Tahirjan Anwar, pelarian Uighur, mengaku sebagai penyebar dokumen tersebut. Seniman hiphop yang kini tinggal di Belanda itu mendapatkan dokumen rahasia dari seseorang di Tiongkok. Namun, dia menolak memberikan identitas pembocor dokumen demi alasan keamanan. ’’Ini adalah bukti bahwa Tiongkok sedang melakukan pembersihan etnis kepada komunitas Uighur,’’ ungkap pria 32 tahun tersebut.
Hingga saat ini, pemerintah Tiongkok maupun Xinjiang belum memberikan tanggapan terkait dengan dokumen tersebut. Pekan lalu Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyatakan siap menyambut diplomat negara mana pun yang ingin mengunjungi Xinjiang. ’’Yang sudah datang tak melihat satu pun bukti adanya persekusi di Xinjiang. Kebebasan beragama mereka benar-benar terjamin,’’ ujarnya saat berada di Jerman. (bil/c14/fal)