Cerita Syarifa Nur Kholifah Saing, Mahasiswi yang Sempat Terjebak di Wuhan

- Rabu, 19 Februari 2020 | 12:16 WIB
TEMUI KELUARGA: Syarifa Nur Kholifah Saing bersama keluarga saat ditemui harian ini di kediamannya. LELA RATU SIMI/KP
TEMUI KELUARGA: Syarifa Nur Kholifah Saing bersama keluarga saat ditemui harian ini di kediamannya. LELA RATU SIMI/KP

Syarifa Nur Kholifah Saing hanya bisa menghela napas. Berhari-hari dia berada di dalam rumah saat kondisi Wuhan, Hubei, Tiongkok, sedang dilanda virus corona (Covid-19). Dia terus berusaha menenangkan orangtuanya yang berada di Kutim.

 

LELA RATU SIMI, Sangatta

 

PEREMPUAN 20 tahun asal Sangatta Utara itu mengabarkan baik-baik saja. Namun, dia benar-benar bak berada dalam penjara. Tak banyak warga setempat beraktivitas di luar rumah.

Merasa terjebak dengan kondisi Tiongkok yang tidak beraturan, dia menyaksikan sendiri ketegangan di negara itu. Wabah yang menjangkit dan mematikan ribuan orang itu sempat membuatnya ketar-ketir. Sama seperti kebanyakan orang, dia dirundung ketakutan berkepanjangan.

Dalam benaknya, hanya rumah yang dia idam-idamkan. Namun, ada keberanian di benaknya. Saat itu, dia tetap meyakinkan dirinya sendiri jika semua kondisi aman.

Duduk bersimpuh, di kediaman orangtuanya di Jalan Poros Kenyamukan, RT 49, Sangatta Utara, Syarifa banyak bersyukur.

Anak pertama dari tiga bersaudara itu menceritakan pengalamannya selama menuju Indonesia. Perempuan berhijab tersebut mengatakan, kondisi kota sangat senyap membuatnya harus bisa bertahan. Padahal, taraf hidup di Hubei sangatlah membuatnya nyaman.

Namun, kabar maraknya penyebaran Covid-19 membuatnya khawatir. Dia dipulangkan bersama 285 mahasiswa lain se-Indonesia. Sebanyak 14 merupakan putra-putri asal Kaltim yang menempuh pendidikan.

"Saya satu-satunya dari Kutim. Bersama teman-teman lain saya dikarantina di Natuna selama 14 hari," ujarnya saat ditemui di kediamannya kemarin (18/2).

Baru sehari membaringkan badannya di kasur yang seadanya, di rumah berdinding beton tanpa cat, tidak kalah tenangnya dengan kondisi Tiongkok sebelum merebaknya virus itu. 

Calon dokter itu terpaksa mengenyam pendidikan melalui sistem online.

Berjuang menurutnya bukan hal mudah. Kejadian di luar prediksi itu tetap dijadikan pelajaran. Lantas, jatah pulang yang seharusnya dilakukan dua kali selama masa pendidikan enam tahun, dia cukup senang. Hal itu karena tak mengeluarkan ongkos untuk kembali ke Indonesia.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X