14 Bocah Dibantai di Kamerun, di Burkina Faso Pemuka Agama Diburu

- Selasa, 18 Februari 2020 | 12:47 WIB
Kekerasan di Kamerun.
Kekerasan di Kamerun.

YAOUNDE– Sekelompok pria bersenjata membantai 22 penduduk desa di wilayah minoritas Kamerun Jumat lalu (14/2). Sebagian besar korban merupakan anak-anak dan balita. Hal tersebut terus meningkatkan tensi politik Kamerun pasca pelaksanaan pemilu 9 Februari lalu.

Peristiwa itu dilaporkan oleh Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA). Lembaga kemanusiaan PBB tersebut menyatakan bahwa pembunuhan itu terjadi di desa anglophone alias komunitas berbahasa Inggris. ”Setidaknya 22 warga sipil dibunuh, termasuk perempuan hamil,” ungkap James Nunan, petugas lokal OCHA, kepada Agence France-Presse.

Pembantaian tersebut cukup tragis. Sebelas dari total korban anak-anak merupakan perempuan. Sembilan korban masih berusia di bawah lima tahun. Menurut salah satu saksi, korban tersebut dikubur di empat lokasi yang berbeda.

Saksi yang meminta identitasnya dirahasiakan mengaku ikut membantu kelompok bersenjata itu mengubur jenazah korban. Setelah itu, kelompok tersebut membakar sembilan rumah di desa itu.

Sampai saat ini, belum ada kelompok yang mengklaim aksi tersebut. Namun, kelompok oposisi langsung menuding pemerintah sebagai otak di balik pembantaian. ”Itu adalah perbuatan dari pasukan militer pemerintah,” ujar Felix Agbor Mballa, pengacara dan pegiat separatis Kamerun, dalam akun Facebook-nya.

The Movement for the Rebirth of Cameroon, salah satu di antara dua partai oposisi Kamerun, ikut menuding rezim Paul Biya sebagai aktor utama pembantaian tersebut. Mereka menyimpulkan hal itu karena penduduk desa tersebut merupakan anglophone. Pemerintah Kamerun belum memberikan komentar, sedangkan pejabat militer hanya mengatakan bahwa tuduhan itu salah.

”Siapa pun yang bertanggung jawab atas kejahatan mengerikan itu harus diadili,” ujarnya. 

Komunitas yang berbicara dengan bahasa Inggris merupakan kelompok minoritas di Kamerun. Kebanyakan menggunakan bahasa Prancis dalam kehidupan sehari-hari alias francophone. Kelompok minoritas tersebut sering mengeluhkan diskriminasi yang diderita. Puncaknya, mereka mengumumkan kemerdekaan sebagai Ambazonia alias Amba Land pada 2017.

Hal tersebut berbuntut konflik antara pemerintah dan kelompok separatis hingga saat ini. Konflik itu ikut menggeret penduduk sipil. Selama tiga tahun, setidaknya 3 ribu penduduk tewas dan 700 ribu lainnya melarikan diri dari rumah masing-masing.

Konflik dua pihak itu kembali muncul karena pemilu 9 Februari lalu. Tentara pemerintah maupun kelompok separatis dituding melakukan hal-hal mengerikan menjelang pesta demokrasi tersebut. Menurut Human Rights Watch, pasukan separatis menculik lebih dari 100 orang dan membakar rumah sebelum pemilu dilakukan. Hal serupa dilakukan oleh tentara pemerintah.

”Saya ingin memberikan suara, tapi pada akhirnya tetap di rumah. Saya tak ingin terbunuh hanya karena memenuhi hak pilih, sedangkan militer pemerintah tak sanggup melindungi rakyat,” ujar penduduk Kota Kumbo yang meminta namanya dirahasiakan.

Kamerun bukanlah satu-satunya negara Afrika yang bergejolak. Minggu (16/2) kelompok bersenjata membunuh 24 warga sipil, termasuk pastor gereja, dan melukai 18 lainnya di Kota Pansi, Provinsi Yagha, Burkina Faso. Kelompok tersebut juga menculik tiga warga sipil.

”Hati saya perih melihat para korban,” ujar Sihanri Osangola Brigadie, kepala komuni Boundore, kepada Associated Press.

Pemimpin agama memang menjadi target kelompok bersenjata akhir-akhir ini. Pekan lalu seorang pastor yang sudah pensiun dibunuh di provinsi yang sama. ”Pelaku menggunakan koneksi dengan pemerintah atau agama yang dianut sebagai alasan pembunuhan mereka,” ujar Corinne Dufka, direktur Afrika Barat Human Rights Watch. (bil/c11/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X