Carpal Tunnel Syndrome, Tak Bisa Diprediksi, Pergi Lalu Datang Lagi

- Selasa, 18 Februari 2020 | 10:41 WIB
DURASI: Pastikan ada waktu untuk beristirahat sejenak. Jangan beraktivitas nonstop atau tekanan pada tangan lebih parah dan kesemutan terjadi. Jika beristirahat, mengurangi risiko CTS. (FRUITGUYS.COM)
DURASI: Pastikan ada waktu untuk beristirahat sejenak. Jangan beraktivitas nonstop atau tekanan pada tangan lebih parah dan kesemutan terjadi. Jika beristirahat, mengurangi risiko CTS. (FRUITGUYS.COM)

Hampir setiap orang mungkin menganggap kesemutan sebagai hal wajar. Bahkan tak terlalu ambil pusing. Awam berpikir, rasa itu hanya sementara. Bisa hilang sendiri. Namun, jangan anggap sepele jika terjadi berulang kali. Menjadi serius jika tak ditangani. Bisa jadi sindrom carpal tunnel dan guyon.

 

CARPALtunnel syndrome (CTS). Kondisi ini membuat tangan mengalami sensasi kesemutan atau kebas. Terjadi karena saraf di dalam pergelangan tangan terimpit atau tertekan. Nah, di dalam pergelangan tangan itu ada lorong karpal. Sebuah lorong sempit yang dibentuk oleh tulang pergelangan tangan atau karpal dan ligamen. Di situ ada saraf median. Berfungsi menerima rangsangan kulit di daerah tangan dan mengendalikan otot jari tangan.

Lorong karpal yang menyempit akibat membengkaknya jaringan di sekeliling adalah penyebab CTS. Menekan bagian saraf median. Disampaikan dr Fajar Prabowo, SpS, perempuan lebih sering mengalami CTS dibanding pria. Sebab, aktivitas perempuan seperti mencuci, mengulek, dan memasak terdiri atas gerakan yang membebani tangan. Perempuan hamil juga berisiko. Sebab, terjadi penumpukan cairan di daerah pergelangan tangan dan menekan saraf median yang mengarah ke jari. Kesemutan pun terasa.

Masyarakat awam mengetahui hal ini karena aliran darah tidak lancar. Faktanya, hal itu tidak benar. Justru karena fungsi sarafnya, ada banyak aktivitas pemicu CTS. Antara lain mengendarai sepeda motor, olahraga yang kerap bertumpu pada tangan seperti tenis, dan mengetik. Ditegaskan Fajar, orang yang mengalami kebas di tangan belum tentu semuanya CTS. Bisa jadi jepitan sarafnya di bagian lain.

“Aktivitas yang memicu CTS memang umum. Namun, untuk lebih jelas diketahui, orang yang bobot tubuhnya lebih dan jarang berolahraga mudah kena. Kalau sering berolahraga dan aktif, fleksibilitasnya lebih bagus,” jelas Fajar ditemui awal pekan lalu.

Kemudian, durasi juga ikut menentukan. Jika ada orang yang lebih lama melakukan aktivitas tertentu tanpa jeda, akan membuat tekanan lebih pada tangan dan kesemutannya kentara. Beda dengan orang yang meluangkan waktu istirahat sebentar, CTS bisa terhindarkan. Selain itu, bagi yang memiliki riwayat penyakit diabetes ada kecenderungan terjadi CTS. Pada prinsipnya, mereka kelebihan gula tapi kekurangan zat insulin yang jadi faktor penting sebagai jalan masuknya gula. Kekurangan tersebut membuat gula berlebih menjadi racun. Walhasil, merusak saraf.

“CTS dibagi dua kelompok. Pertama usia di bawah 30 tahun. Faktor risikonya karena aktivitas dan lebih banyak bekerja. Kedua, usia di atas 50 tahun. Lebih sering kena karena sarafnya sudah rusak,” imbuh alumnus Universitas Gadjah Mada itu.

Tentu saja, CTS bisa dihindari dengan rajin berolahraga dan menjaga nutrisi yang masuk ke tubuh. Terutama bagi usia lanjut demi meningkatkan kemampuannya. Kalau semakin didiamkan, pasti bakal menurun. Kambuhnya CTS tak bisa diprediksi. Nanti datang, nanti pergi. Lebih melihat pemicunya. Bicara gejala juga terbagi dua. Negatif dan positif. Negatif, maksudnya orang cenderung tidak merasakan alias kebas. Tidak mengganggu sedangkan positif, timbul rasa mengganggu dan nyeri. (*/ysm*/rdm/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB

TWICE Catat Rekor Penjualan dan Chart Billboard

Selasa, 5 Maret 2024 | 14:35 WIB

Cinta Sebut Keputusan Punya Anak di Tangannya

Selasa, 5 Maret 2024 | 13:50 WIB

Film Superhero Alami Kejenuhan

Selasa, 5 Maret 2024 | 11:10 WIB

Lutesha Belajar Motor Kopling

Sabtu, 2 Maret 2024 | 09:02 WIB
X