SAMARINDA - Buruknya irigasi persawahan di Kelurahan Lempake, khususnya di Belimau dan Muang dikeluhkan petani setempat. Sudah enam bulan irigasi tak lagi berfungsi, sehingga sawah petani menjadi kering.
Akibatnya, petani susah bercocok tanam. Para petani mencoba menyiasati dengan menggunakan pompa air tambahan. Namun, hal itu menambah biaya produksi.
Ketua Komisi Irigasi Wilayah Kelurahan Lempake Yusuf Patadung mengatakan, pihaknya telah melaporkan masalah itu kepada organisasi perangkat daerah (OPD) terkait hingga pihak legislatif.
“Lama sudah nggak berfungsi. Kami sudah pernah sampaikan ke Dinas PUPR Samarinda dan provinsi, tapi belum ada respons," ucap Yusuf.
Dia mengaku, setiap bercocok tanam, petani terpaksa harus merogoh kocek lebih dalam. Setidaknya menyediakan Rp 1 juta untuk biaya pompa air. Yusuf berharap, irigasi bisa segera dibenahi agar para petani mudah mengairi sawah-sawah mereka.
“Jadi harus ada modal lebih besar, kalau irigasi lancar ya nggak perlu ada dana tambahan," keluhnya.
Selain harus mengeluarkan biaya operasional lebih tinggi, hasil produksi padi petani mengalami penurunan menjadi 3 ton. Jika irigasi lancar petani bisa menghasilkan 6 ton gabah.
"Tadinya mencapai 6 ton, menurun menjadi 2–3 ton. Tetapi usaha kami dalam setahun dua kali panen seharusnya bisa naik dari 6 ton menjadi 8 ton. Namun, karena irigasi yang kurang berfungsi ini justru menurun lagi. Terakhir, 1 hektare hanya menghasilkan padi 3 setengah ton," ungkapnya.
Sebagai informasi, para petani di Kelurahan Lempake sempat menerima kunjungan anggota DPRD Provinsi Kaltim dari Komisi II saat reses pada Kamis (13/2). Berbagai keluhan juga telah disampaikan ke wakil rakyat itu. "Semoga saja bisa ditindaklanjuti, supaya produksi gabah bisa meningkat," pungkas Yusuf. (*/dad/kri/k16)