Hidupkan Industri Perkapalan, Lokasi Mau Dijadikan Satu

- Minggu, 16 Februari 2020 | 09:00 WIB
Salah satu industri galangan kapal di Samarinda.
Salah satu industri galangan kapal di Samarinda.

Pemerintah berencana membangun sentra industri perkapalan di Samarinda untuk mendorong sektor ini untuk tumbuh. Jika tidak ada perubahan, lokasinya di bawah Jembatan Mahkota II dan Sungai Lais, Samarinda.

SAMARINDA – Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai poros maritim tidak lengkap rasanya jika tidak didukung dengan adanya industri galangan kapal yang kuat. Tak hanya kapal besi untuk jalur ekspor-impor, kapal kayu juga memiliki potensi yang sama untuk menghadirkan galangan kapal. Makanya, pemerintah berencana menggalakkan galangan kapal lewat sentra industri pengrajin kapal kayu.

Kepala Dinas Perindustrian Samarinda Muhammad Faisal mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, wisata susur Sungai Mahakam dijadikan andalan Kaltim untuk menarik minat wisatawan. Kondisi ini membuat potensi perkembangan industri kapal sangat tinggi. “Makanya kami sedang serius ingin mengembangkan Samarinda sebagai sentra industri perkapalan,” katanya.

Dia menjelaskan, saat ini hanya ada 15 kelompok usaha bersama (KUB) industri kapal kayu di Samarinda. Namun seluruhnya memiliki tempat masing-masing. Pihaknya berencana menyatukan para pengrajin kayu menjadi satu kawasan industri. Supaya memudahkan untuk mengakomodasi semua pengrajin dalam satu tempat. Dengan dijadikan sentra, potensi industri ini diyakini akan semakin besar.

“Kita rencananya membangun di dua lokasi sentra industri yang berdekatan, yaitu di bawah Jembatan Mahkota II yang masuk Kecamatan Palaran dan di Sungai Lais yang masuk Kelurahan Sungai Kapih,” bebernya.

Menurutnya, dua lahan ini masih milik pemerintah. Tapi bisa saja nanti beralih ke tempat lain yang lebih potensial. Akan ada kemungkinan demikian. Saat ini, untuk lokasi masih dalam kajian yang ditargetkan akan selesai pada Maret. Pihaknya berusaha mengkaji lebih dalam, mulai dari konsep, tata ruang, teknis, anggaran, dan lainnya. Hal itu tentunya agar pemilihan tempat benar-benar strategis.

“Nantinya industri ini tidak hanya untuk pembuatan kapal baru, bisa juga untuk perbaikan kapal dan sebagainya. Sehingga tidak akan berhenti. Sebab selama Sungai Mahakam masih ada, kapal akan terus digunakan,” tegasnya.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Kaltim Aji Sofyan Effendi mengatakan, sejak dulu galangan kapal memang menjadi salah satu mata pencarian masyarakat Samarinda. Namun belakangan agak lesu. Padahal, galangan kapal menjadi fondasi penting dalam dunia perkapalan.

Sulitnya galangan kapal saat ini, menurut Aji tak lepas dari banyaknya perusahaan pelayaran nasional yang mendatangkan kapal dari luar negeri. “Industri galangan kapal harus berinovasi, agar produknya tidak kalah bersaing,” ujarnya.

Dia mengatakan, kapal-kapal yang dibuat di Samarinda memiliki potensi yang cukup besar. Salah satu sektor yang bisa dilirik adalah pariwisata. Kapal-kapal yang ada saat ini untuk wisata susur Sungai Mahakam dinilai masih kurang, sehingga jika galangan kapal kembali digalakkan, maka sektor ini bisa tumbuh.

“Pariwisata bisa menjadi sektor pendapatan baru bagi masyarakat Kota Tepian, sehingga ada pertumbuhan kantong-kantong ekonomi baru,” pungkasnya.

Kementerian Perindustrian mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.

“Ke depan, kami berharap kapasitas produksi untuk bangunan baru maupun reparasi kapal dapat terus ditingkatkan,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Apalagi, industri perkapalan atau galangan kapal merupakan salah satu sektor yang strategis dan mempunyai peran vital bagi roda perekonomian nasional. Selain itu, guna mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.

“Maka itu, pemerintah terus mendorong tumbuhnya industri galangan kapal di dalam negeri agar bisa memenuhi kebutuhan di pasar domestik, bahkan mampu mengisi pasar ekspor,” tegas Agus. Oleh sebab itu, iklim investasi yang kondusif merupakan syarat mutlak yang menjadi perhatian pemerintah agar kesinambungan operasional dan produktivitas sektor industri perkapalan dapat menjadi lebih optimal.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X