WUHAN– Jam masih menunjukkan pukul 03.00 ketika Wang Xiaoting menembus gerimis menyusuri jalanan di Wuhan, Hubei, Tiongkok. Di belakangnya sang suami, Yinghe, membuntutinya dengan naik mobil dalam diam. Pasangan itu bukan sedang marahan. Melainkan, berusaha melindungi satu sama lain dari serangan Covid-19 yang melanda Wuhan.
Wang bekerja di salah satu rumah sakit di Wuhan. Dia membantu mengurusi orang-orang yang tertular Covid-19. Virus tersebut menular antarmanusia sehingga membuat peluang Wang tertular luar biasa besar. Wang tak ingin keluarganya tertular.
Karena itu, setiap kali pulang kerja, dia memilih tinggal di hotel dekat rumah sakit. Yinghe setiap hari mengantarnya bekerja, tapi mereka tidak satu mobil. Sejauh ini Wang belum tertular. Tapi, dia takut bakal menulari orang terkasihnya tersebut. Karena itulah, Wang mengarantina diri sendiri.
”Ini adalah salah satu contoh pengorbanan ekstrem pekerja medis Tiongkok selama wabah berlangsung.” Demikian bunyi keterangan video yang direkam China Global Television Network. Video tersebut juga diunggah ke kanal YouTube.
Wajah petugas medis China usai memakai masker berjam-jam. Bahkan ada yang menggundul kepalanya. (PDCHINA)
Beberapa perawat lainnya juga mencukur gundul rambut mereka. Itu dilakukan agar mengurangi kemungkinan virus disebarkan rambut yang tidak terlindungi. Selain itu, memakai alat perlindungan jauh lebih mudah ketika gundul daripada saat berambut.
Wang memang patut waswas. Sebab, saat ini banyak petugas medis yang tertular wabah virus korona yang berasal dari Wuhan itu. Tiongkok mengungkapkan, ada enam pekerja medis yang tewas akibat Covid-19. Salah satunya dokter Li Wenliang. Dialah dokter yang pertama menginformasikan adanya virus baru yang gejalanya menyerupai severe acute respiratory syndrome (SARS).
”Hingga Selasa (11/2), ada 1.716 petugas medis yang sudah positif terinfeksi Covid-19,” ujar Wakil Menteri di Komisi Kesehatan Nasional Zeng Yixin dalam konferensi pers kemarin (14/2). Dilansir Agence France-Presse, 1.102 orang di antara mereka tertular di Wuhan, sedangkan sisanya di kota-kota lain di Hubei.
Petugas medis adalah ujung tombak untuk merawat pasien. Namun, jumlah mereka terbatas. Pemerintah Provinsi Hubei sudah mendatangkan dokter dan perawat dari kota lain, tapi tetap kurang karena jumlah pasien yang terus meroket.
Di pihak lain, mereka juga kekurangan suplai alat-alat pelindung. Mulai baju hazmat, sarung tangan, masker, hingga berbagai barang lainnya. Beberapa bahkan terpaksa memakai popok dewasa agar tidak perlu buang air kecil ke kamar mandi dan melepaskan baju hazmat.
Karena kekurangan tersebut, banyak dokter yang akhirnya memeriksa pasien tanpa perlindungan yang memadai. Mereka juga terpaksa menggunakan lagi alat-alat dan baju pelindungnya. Padahal, itu seharusnya diganti secara berkala.
”Tugas pekerja medis di garda depan memang sangat berat,” tegas Zeng. Mereka bekerja keras dengan waktu istirahat yang terbatas. Bukan hanya itu, tekanan psikologis serta risiko infeksinya juga besar.
Kemarin angka kematian baru di Tiongkok mencapai 122 orang. Total korban tewas sudah 1.381 orang. Jauh lebih tinggi daripada SARS. Sedangkan mereka yang positif tertular mencapai 63.922 orang. Itu hanya di Tiongkok. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa angka kematian maupun keparahan di luar Tiongkok tidak mengalami lonjakan pesat.