Krisis Air di Zimbabwe yang Membikin Penduduk Putus Asa, Pilih Habiskan Waktu atau Uang

- Sabtu, 15 Februari 2020 | 12:01 WIB
Seorang bocah meminum air yang amat kotor di Zimbabwe. (https://www.zimbabwesituation.com)
Seorang bocah meminum air yang amat kotor di Zimbabwe. (https://www.zimbabwesituation.com)

Zimbabwe sudah kekurangan sumber daya air sejak lama. Namun, kemarau panjang membuat penduduk makin frustrasi. Terutama, keluarga miskin yang tak punya banyak pilihan.

 

MOCHAMAD SALSABYL ADN, Jawa Pos

 

RUTINITAS pagi Florence Kaseke selalu sama. Setiap subuh tiba, warga Kota Chitungwiza, 30 kilometer dari ibu kota Harare, itu bakal bersua dengan tetangganya di sumur kampung. Bukan untuk nongkrong dan bergosip. Melainkan antre jatah air hari itu.

”Pagi ini saya bangun pukul 04.00 dan masuk ke antrean pompa air,” ujarnya kepada Al Jazeera.

Aktivitas harian Kaseke berputar di pompa kampung. Pukul 06.00, perempuan berusia 34 tahun itu bakal keluar dari antrean untuk mempersiapkan keperluan anaknya sebelum berangkat sekolah. Pukul 08.00, dia kembali datang untuk mengecek posisi antrean yang sudah dipesan. Satu jam kemudian, ibu dua anak itu baru mendapatkan jatah airnya.

Bagi warga Chitungwiza, antre air sudah menyedot sebagian besar waktu mereka. Banyak penduduk yang menunggu semalam suntuk untuk mendapatkan air. Terkadang mereka harus bergantian dengan anggota keluarga lain agar antrean tak diserobot.

”Hampir setiap waktu kami harus berjaga di sumur. Sedangkan saya terus menua,” ujar Sarah Zanga, penduduk lokal yang berusia 75 tahun.

Rakyat Zimbabwe terpaksa menjalani rutinitas tersebut. Persediaan air yang seharusnya dipenuhi pemerintah tak bisa diandalkan. Dari keran leding pemerintah, air hanya mengalir beberapa jam pada Sabtu. Hari lainnya, keran itu kering kerontang.

”Bahkan, adakalanya air tak keluar pada Sabtu,” ungkap Fortune Magaya, penduduk Chitungwiza yang berusia 21 tahun.

Tentu ada cara lain untuk memperoleh air. Yakni, membeli air yang dipompa keluarga yang lebih mampu. Namun, harganya mencekik dompet. Zimbabwe Peace Project melaporkan, air dijual seharga 1,5 dolar Zimbabwe (Rp 57) per ember di Chitungwiza.

Namun, harga bisa melonjak hingga dua kali lipat saat kota dilanda pemadaman listrik. Kebanyakan penjual air menggunakan pompa listrik. Sedangkan pemadaman listrik bisa bertahan hingga 18 jam.

Keluarga Magaya biasanya membeli 40 liter air dalam seminggu. Namun, air tersebut hanya digunakan untuk memasak. ”Rasanya sakit setiap kali kami harus membeli air,” ungkapnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X