Sempat Adem, Konflik AS-Iran Belum Usai

- Sabtu, 15 Februari 2020 | 11:38 WIB
Pasukan AS di Iraq
Pasukan AS di Iraq

WASHINGTON  – Masalah antara pemerintah AS dan Iran belum tuntas. Pekan ini, konflik yang berkaitan antara dua negara tersebut terus muncul. Kamis (13/2), sebuah roket jatuh di markas militer di Provinsi Kirkuk. Menurut Agence France-Presse, roket Katyusha tersebut jatuh di area terbuka markas K1 pukul 20.45. Untung, tidak ada korban luka atau jiwa dari serangan tersebut.

Markas K1 pernah menjadi sasaran roket pada 27 Desember lalu. Sebanyak 30 roket jatuh dan menewaskan satu kontraktor AS. Hal itu akhirnya menjadi akar ketegangan antara AS dan Iran. Ketegangan tersebut baru berakhir setelah Iran menyerang dua markas militer AS di Iraq dengan rudal balistik Januari lalu.

Pemerintah AS belum memberikan komentar terkait serangan roket terbaru. Namun, Iran sudah memberi peringatan. Kepala Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) Hossein Salami mengatakan, AS maupun sekutu erat Israel harus berhati-hati. ”Sedikit saja kesalahan, kami akan menyerang Anda berdua,” ungkapnya saat berpidato memperingati 40 hari kematian Jenderal Qasem Soleimani.

Tewasnya Soleimani merupakan awal dari puncak konflik Iran-AS. Dia dibunuh dengan drone AS 3 Januari lalu dengan alasan bahwa pemimpin Quds Force itu sedang menyusun rencana menyerang Kedubes AS di Iraq. Iran mengatakan siap memulai perang sebelum akhirnya dipaksa mundur karena salah menembak pesawat komersial milik Ukraine International Airlines (UIA).

Pada hari yang sama, Angkatan Laut AS mengumumkan bahwa mereka menyita senjata yang asal Iran. Kapal Perang AS menemukan antara lain 150 rudal anti tank dan tiga rudal darat ke udara di dalam dhow, kapal tradisional, pada Minggu (9/2). ”Senjata yang kami sita serupa dengan senjata yang pernah ditemukan November lalu,” kata pernyataan resmi Angkatan Laut AS.

Sementara itu, Senat AS baru saja meloloskan resolusi Iran War Powers. Resolusi tersebut meminta pemerintah untuk meminta izin kongres sebelum melakukan aksi perang. Sebanyak 55 senator, termasuk 8 anggota Republik, mendukung resolusi tersebut.

Presiden Donald Trump sudah meminta Republik bisa menggagalkan resolusi tersebut. Menurut dia, aturan itu hanya akan menjadi penghalangnya melakukan hal yang diperlukan bangsa AS. ”Iran akan senang jika tangan saya terikat,” ungkap Trump seperti yang dilansir CNN.

Pada akhirnya, Gedung Putih memveto resolusi tersebut. Namun, Pemimpin Kelompok Minoritas Senat AS Chuck Schumer mengatakan, resolusi tersebut masih punya arti meski akhirnya tak bisa diberlakukan. ”Ini seperti panah yang diarahkan kepada Gedung Putih. Baik senat maupun dewan perwakilan tegas mengatakan bahwa mereka perlu dimintai pertimbangan sebelum presiden memulai perang,” ungkapnya. (bil/c25/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X