SAMARINDA - Tim Panel Universitas Gadjah Mada (UGM) dijadwalkan akan bertemu dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara membahas perbaikan runway Bandara APT Pranoto.
Adanya gambut pada bagian bawah landasan pacu saat ini menjadi penghalang pembangunan perpanjangan runway Bandara APT Pranoto semula 2.250 meter menjadi 3000 meter.
Kepala UPBU Bandara APT Pranoto Dodi Dharma Cahyadi menjelaskan tahun 2020 ini anggaran pembangunan perpanjangan runway sudah tersedia. Tetapi, sebelum dilakukan pembangunan tersebut, perlu perbaikan kembali kontruksi runway yang ada saat ini.
"Ibarat orang, kita opname dulu. Sakitnya apa, dan kebutuhannya apa. Lalu disesuaikan di lapangan apa yang menjadi kebutuhan Bandara APT Pranoto," ujar Dodi.
Dodi menegaskan perpanjangan runway tak bisa serta merta langsung dilakukan. Namun, perlu meninjau kembali kontruksi runway dan melakukan perbaikan agar tak ada masalah baru ke depannya.
Ditetapkan menjadi bandara kelas I, Bandara APT Pranoto, dikatakan Dodi, saat ini sangat didukung dari sisi sumber daya manusia maupun anggaran pembangunan dari pemerintah daerah maupun pusat.
Saat ini, sudah ada 48 penerbangan yang rutin di bandara APT Pranoto dengan jumlah penumpang setiap harinya 42 ribu orang. Hal ini terus dilirik maskapai penerbangan ingin membuka rute ke Samarinda.
Diketahui bersama, pembangunan Bandara APT Pranoto berupa runway, taxiway dan apron menelan dana Rp 656 miliar dari anggaran tahun 2014. Dalam pengerjaannya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk membentuk konsorsium dengan dua BUMN lainnya yaitu PT Hutama Karya dan PT Wijaya Karya Tbk. (mym)