Tertarik Profesi YouTuber hingga Selebgram

- Rabu, 12 Februari 2020 | 11:24 WIB
KEDEKATAN: Pola asuh organik punya segudang manfaat. Salah satunya lebih mendekatkan hubungan antara orangtua dan anak. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama.
KEDEKATAN: Pola asuh organik punya segudang manfaat. Salah satunya lebih mendekatkan hubungan antara orangtua dan anak. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama.

MUDAHNYA akses segala informasi jadi keuntungan bagi generasi Alpha. Hal ini turut berpengaruh pada pilihan cita-cita pada masa depan. Kebanyakan generasi Alpha tak lagi memilih profesi umum. Mungkin profesi yang belum pernah tebersit di pikiran generasi-generasi sebelumnya. Melihat fenomena ini, tentu saja para orangtua dituntut memiliki pikiran lebih terbuka. Zamannya sudah berbeda dan pilihan anak itu harus diterima.

“Orangtua zaman sekarang sudah lebih cerdas. Pasti bisa menerima itu karena mereka juga mengetahui apa yang dipilih anak. Akrab di kehidupan sehari-hari. Jadi harus optimistis kalau prospek ke depannya bakal bagus,” ungkap Lisda Sofia, psikolog klinis.

Beberapa profesi tersebut berkaitan dengan dunia digital. Sebut saja YouTuber atau selebgram. Profesi yang banyak dilirik. Namun, Lisda berpendapat jika perihal cita-cita, tak melulu bertumpu pada profesi tertentu. Terpenting, lebih melihat kemampuan anak dalam berkreasi. Anak-anak membutuhkan eligibility, kemampuan mereka untuk lincah dan menyesuaikan peluang-peluang masa depan.

“Di luar negeri, profesi seperti selebgram justru tak begitu ramai seperti dulu. Tingkat stresnya lebih tinggi karena harus terus memikirkan konten-konten menarik. Jadi banyak kembali ke profesi yang aman untuk jangka panjang,” lanjut dia.

Bisa bekerja di perusahaan start-up atau menjadi social media specialist. Jadi, pola pikir digital itu penting dimiliki bagi generasi Alpha. Tak melulu terpaku pada satu atau dua profesi saja. Lisda memaparkan, cita-cita erat kaitannya dengan minat dan bakat. Pengenalan itu biasanya sejak TK.

“Banyak orang yang berhasil dengan profesi tertentu karena diawali dengan hal yang disukai atau hobi. Kalau memang berniat serius, pasti bisa didapat. Jadi, baiknya jangan menyepelekan hobi anak. Bisa saja itu bakal berkembang ketika dia dewasa,” bebernya.

Hal pertama, anak harus mengenal diri. Kemudian, tahu apa yang dia sukai. Dari situ, anak bisa memutuskan hal apa yang bakal dia tekuni lebih mendalam. Tugas orangtua, hanya mengarahkan. Memberi tahu beragam profesi serta kegiatan menarik. Untuk mengetahui minat dan bakat, bisa dilakukan saat usianya menginjak 15 tahun. Kurang dari itu, hasilnya tak begitu maksimal. Sebab, bisa saja ada perubahan yang terjadi pada anak, sehingga tak disarankan.

Seandainya anak menjalani aktivitas dengan terpaksa, bakal ada tekanan dalam dirinya. Tak bersemangat, kehilangan hasrat dalam mengejar sesuatu. Mengenalkan sedini mungkin itu harus. Terakhir, Lisda menyampaikan jika orangtua terlalu mengekang dan pikirannya kolot, bakal berdampak pada anak. Ada dua. Jadi pendiam dan cenderung membangkang. Khusus pendiam, akan ada waktu di mana emosinya bakal meledak. Karena itu, orangtua wajib menjadi fasilitator. (*/ysm*/rdm/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X