Populasi Penguin Antartika Anjlok

- Rabu, 12 Februari 2020 | 10:02 WIB

ANTARTIKA– Temuan ilmiah baru di Antartika mengejutkan dunia. Rupanya, koloni beberapa penguin di pulau paling selatan di bumi turun hingga 75 persen. Padahal, koloni penguin tersebut sempat diklaim sebagai salah satu yang paling kuat.

Ilmuwan yang menjalani ekspedisi Greenpeace dengan kapal Esperanza sedang memeriksa beberapa koloni di Pulau Elephant, salah satu habitat vital bagi berbagai jenis penguin di Semenanjung Antartika. Mereka menemukan bahwa total populasi yang terdata mencapai 52.786 pasangan. Jika dibandingkan hasil survei 1971 yang berjumlah 122.550 pasangan, populasi di pulau tersebut sudah turun 60 persen.

Salah satu yang paling banyak menurun adalah koloni chinstrap. Populasi kelompok penguin dengan bulu seperti pengikat helm itu turun sebanyak 77 persen. ’’Ini adalah dampak perubahan iklim,’’ ujar Noah Strycker kepada CNN. Pakar pengiun dari Stony Brook University itu merupakan salah seorang peserta ekspedisi.

Memang, perubahan iklim tak berpengaruh langsung kepada penguin. Namun, pemanasan air laut membuat krill, binatang yang menjadi sumber makanan utama hewan laut Antartika, semakin jarang. Beberapa hari lalu, suhu di Antartika baru saja mencetak angka tertinggi sepanjang sejarah, yakni 18,3 derajat Celsius.

Meski begitu, chinstrap dikenal sebagai penguin yang cukup tangguh. Menurut situs Ocean Wide Expedition, penguin jenis tersebut bisa berenang hingga 80 kilometer dari pantai untuk mencari makanan. Mereka dinilai tak serapuh penguin lain. Setidaknya, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan chinstrap sebagai jenis penguin yang paling tak dikhawatirkan. ’’Saat ini, kami tak tahu lagi apa yang bisa diharapkan di masa depan,’’ ungkap Strycker.

Heather J. Lynch, salah seorang pentolan ekspedisi, menjelaskan bahwa perubahan populasi tersebut memang menunjukkan pergeseran ekosistem Antartika dalam 50 tahun terakhir. Perubahan ini bukan berarti populasi semua penguin menurun. Tim ekspedisi juga melaporkan bahwa jumlah penguin gentoo yang tinggal di luar Pulau Elephant justru meningkat. ’’Menarik memang melihat nasib yang berbeda dari dua jenis penguin,’’ ungkapnya.

Sementara itu, ribuan pemuda melakukan aksi di Brussels, Belgia, pekan lalu untuk memperingati Ocean Week. Di barisan paling depan, terpampang patung penguin yang terbuat dari es. Mereka beraksi pada Kamis pekan lalu (6/2) meski Menteri Pariwisata dan Kesejahteraan Satwa Ben Weyt memperingatkan bahwa demonstran yang membolos sekolah bakal dihukum.

’’Menteri Weyt benar bahwa kami harus duduk dan belajar hal baru di sekolah untuk masa depan kami. Namun, kami akan tetap beraksi selama mereka tak menjamin masa depan kami,’’ ujar Lola Segers, anggota Youth for Climate (YFC), kepada The Brussels Times. (bil/c17/dos)

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X