Konsep Seperti Manhattan, Lahan Ibu Kota Baru Jadi 256 Ribu Hektare, 75 Persen untuk RTH

- Selasa, 11 Februari 2020 | 22:56 WIB
Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, meninjau lokasi ibu kota negara baru di Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku, PPU, beberapa waktu lalu. (DOK. FUAD MUHAMMAD/KALTIM POST/JPG)
Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, meninjau lokasi ibu kota negara baru di Kelurahan Pemaluan, Kecamatan Sepaku, PPU, beberapa waktu lalu. (DOK. FUAD MUHAMMAD/KALTIM POST/JPG)

JAKARTA- Kementerian PPN/Bappenas menjelaskan bahwa kawasan perluasan ibu kota negara yang sebelumnya seluas 120 ribu hektare diperluas menjadi 256 ribu hektare. Bahkan, 75 persen kawasan ibu kota baru akan dimanfaatkan menjadi ruang terbuka hijau (RTH).

Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas, Rudy Prawiradinata mengatakan bahwa ibu kota baru itu sendiri memiliki konsep Green City atau kota hutan hijau. Pastinya, mayoritas lokasinya akan digunakan untuk mengurangi dampak pemanasan global.

“Jadi 256 ribu, di atas 50 persen masih RTH, ini konsepnya yang seperti di Manhattan, New York. Ini paling tidak 50 persen harus RTH,” jelas dia di Gedung Kementerian PPN/Bappenas, Jakarta, Selasa (11/2).

Saat ini, pemerintah pun juga secara resmi memasukkan seluruh kawasan hutan konservasi Bukit Soeharto di Kalimatan Timur ke dalam kawasan Ibu Kota Baru. Tujuannya adalah mengembalikan fungsi Bukit Soeharto sebagai kawasan konservasi, penelitian, dan pendidikan.

“Tapi kalau yang di 256 ribu Ha itu kita harapkan 70-75 persennya tetap RTH, karena Bukit Soeharto tidak boleh terganggu. Kami ingin pastikan semua Bukit Soeharto jadi ibu kota negara,” tutur dia.

Rudy juga menyebutkan bahwasanya ibu kota baru akan memanfaatkan energi baru terbarukan untuk menekan emisi karbon yang tinggi. Energinya yang di maksud yaitu energi air, angin hingga matahari.

Terobosan itu harus dilakukan, sebab konsep yang diusung mengharuskan pemakaian energi keberlanjutan yang efisien agar lingkungan tetap terawat. Selain itu, pihaknya juga akan fokus dalam mengatur tata kelola air di mana Kalimantan Timur itu sendiri merupakan daerah yang rawan kebakaran hutan.

“Jadi sistem bangunan itu green desain kemudian circular water management sistem di mana pemanfaatan air harus di manfaatkan secara optimal. Jadi seoptimal mungkin kita memanfaatkan EBT,” tambah dia. (Saifan Zaking/jpc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X