Jumlahnya semakin sedikit. Orang utan. “Rumahnya” dulu masih sangat luas. Kini, hutan di Kaltim banyak yang beralih fungsi. Mulai perkebunan hingga bisnis pertambangan batu bara.
TANJUNG REDEB–Salah satu tempat konservasi orang utan di Kaltim, yakni Pulau Bawan, Kampung Merasa, Kecamatan Kelay, Berau. Di pulau tersebut, dua orang utan menjalani perawatan secara khusus. Hal itu dilakukan agar ketika kembali ke rumah aslinya, sudah bisa beraktivitas seperti semula.
Dua orang utan spesies Pongo pygmaeus harus berada di konservasi sebelum dilepas ke habitat aslinya. Hal itu dikatakan Direktur Conservation Action Network Borneo Paulinus kepada Berau Post (jaringan Kaltim Post Group), beberapa waktu lalu.
"Di pulau tersebut terdapat dua orang utan. Pulau itu sengaja disiapkan untuk pra pelepasan, atau tahap akhir sebelum melepas orang utan ke habitat aslinya," ungkap dia. "Ketika sudah dianggap cukup baik, akan dibawa ke area pelepasan liar," sambungnya.
Menurut pria yang akrab disapa Linus itu, populasi orang utan di Kaltim hanya sekitar 5 ribu ekor. Hal itu jelas disebabkan habitat asli orang utan dirusak dan semakin sedikit. "Spesies Pongo pygmaeus yang paling terancam akibat tingginya tingkat deforestasi, atau hilangnya habitat akibat konversi hutan," tegasnya.
Dia berharap, masyarakat khususnya warga di Berau agar tidak usil atau mengganggu keindahan hutan di Bumi Batiwakkal. Pasalnya, menurut dia, saat ini sudah banyak hutan yang dirusak tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. "Ke depan kami menyelamatkan satwa yang telanjur dipelihara masyarakat, supaya dikembalikan ke alam liar," harapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Berau Agus Tantomo yang juga melihat dua orang utan di Pulau Bawan mengatakan, kampung tersebut memiliki banyak aset yang sangat bagus. Pasalnya, selain memiliki tempat peninggalan sejarah di Kampung Merasa, juga memiliki tempat konservasi orang utan. “Sangat sayang jika tempat-tempat yang bagus itu tidak dimanfaatkan atau dipromosikan dengan baik,” singkatnya. (*/aky/dra2/k8)