Menggenjot Produksi Lada, Disbun Bakal Kembangkan Lahan Seluas 200 Hektare

- Selasa, 11 Februari 2020 | 09:58 WIB
ilustrasi
ilustrasi

SAMARINDA- Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim berupaya meningkatkan produktivitas perkebunan dengan menggali pengalaman ekspor lada Bangka Belitung. Sebab produksi lada di Kaltim saat ini sedang menurun signifikan. Padahal varietas malonan 1, andalan Kaltim telah mengantongi sertifikat indikasi geografis.

Kepala Bidang Pengembangan Komoditi Perkebunan Disbun Kaltim Bambang F Fallah mengungkapkan, Bangka Belitung sukses melakukan ekspor dengan menerapkan pola budi daya tajar hidup. Sementara di Kaltim biasanya petani justru menggunakan tajar mati dengan ketinggian 1,8-2 meter. “Kalau menggunakan tajar hidup, ketinggiannya bisa mencapai 5 meter. Ini bisa diikuti agar produksi makin besar,” ujarnya, baru-baru ini.

Bambang menambahkan, produk lada montok saat ini juga sudah masuk ke salah satu pusat perbelanjaan dengan harga Rp 181 ribu per kilogram. Mereka bisa masuk karena produksinya konsisten. “Kita harus cari peluangnya, dengan produk kemasan yang menarik harapannya bisa mendongkrak harga lada kita yang hanya berkisar di angka Rp 25-36 ribu per kg," bebernya.

Dia menyebutkan, kendala budi daya lada malonan berasal dari alih fungsi lahan yang masih marak terjadi. Banyak daerah di Muara Badak dan Loa Janan lahan perkebunan berubah fungsinya menjadi tambang batu bara. Pemilik lahan kebanyakan diiming-imingi dengan harga per hektare bisa mencapai Rp 100-120 juta dan kebanyakan petani melepaskan lahan tersebut.

Kedua, ialah alih fungsi lahan. Saat ini banyak petani memilih menanam kelapa sawit karena perawatannya lebih mudah ketimbang lada. "Kalau sawit mudah perawatannya, setelah tanam bisa ditinggal. Mungkin sebulan lagi bisa baru dikunjungi, seterusnya pun begitu. Berbeda dengan lada yang harus selalu dibersihkan," terangnya.

Berdasar data yang dihimpun Dinas Perkebunan, sekitar 80 persen lahan perkebunan didominasi kelapa sawit, hanya 20 persen komoditas non-sawit, sisanya diisi oleh komoditas lainnya. "Yang isinya ada karet, kakao, cokelat dan komoditas lainnya. Orang banyak yang menganggap paling enak menanam sawit daripada komoditas lainnya," tuturnya.

Namun sejalan dengan hal tersebut, Dinas Perkebunan Kaltim berupaya memperluas kebun lada. Salah satunya melalui program pengembangan lahan perkebunan lada sebanyak 200 hektare kemudian dilanjutkan intensifikasi lahan perkebunan lada sebesar 200 hektare juga.

“Kita mencoba mengembangkan komoditas kerakyatan. Persoalannya tentu ada seperti sawit dan di perkebunan lada pun terdapat hama dan penyakit dan sekarang pengembangan ini kita lakukan setiap tahunnya. Kita mulai coba kembangkan komoditas non-sawit," tambahnya.

Hal ini pun berkaitan dengan persiapan bahan baku pangan jelang perpindahan IKN ke Kaltim dengan 1,5 juta pegawai yang akan berpindah dan estimasi jika membawa keluarga diperkirakan mencapai 7,5 juta orang yang akan datang ke Kaltim. "Pemerintah harus siap dalam hal penyediaan bahan konsumsi dan sektor pangannya," pungkasnya. (*/ain/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB

Anggaran Subsidi BBM Terancam Bengkak

Selasa, 16 April 2024 | 18:30 WIB

Pasokan Gas Melon Ditambah 14,4 Juta Tabung

Selasa, 16 April 2024 | 17:25 WIB

Harga Emas Melonjak

Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
X