Ismu: Memelihara Semangat Paninian

- Sabtu, 8 Februari 2020 | 11:42 WIB
Ismunandar
Ismunandar

SENSUS 10 tahun lalu menyebut populasi orang Banjar, tanpa keturunannya di Madagaskar dan Komoro, tak kurang dari 5,7 juta jiwa. Dari jumlah ini “hanya” 2,6 juta yang bermukim di Kalimantan Selatan. Selebihnya, selain di sekujur Kalimantan, menyebar di Riau, Riau Kepulauan, Sumatra Utara, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Sensus itu belum memerinci mereka yang bermukim di banyak kota lain.

Di luar Kalimantan Selatan, perantauan Banjar terbanyak ternyata malah di Malaysia; 1,2 juta orang lebih–jauh melampaui gabungan jumlah mereka di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur yang hanya 900-an ribu. Orang-orang Banjar di negeri jiran itu berhimpun dalam Pertubuhan Banjar Malaysia–Kayuh Baimbai. Perantauan Banjar paling “sedikit” yang terdata adalah di Singapura, delapan ribuan.

Di Indonesia, kata Ketua Umum KBB-KT Ismunandar, orang-orang Banjar berhimpun dalam Kerukunan Bubuhan Banjar (KBB). Di Kalimantan Timur sudah terbentuk di sembilan kabupaten-kota. Dari Kabupaten Paser sampai Kabupaten Berau–yang kepengurusannya dikukuhkan di Tanjung Redeb, Sabtu ini (8/2). “Kutai Barat sedang dipersiapkan,” katanya.

Di luar Kalimantan, KBB terdapat di semua provinsi di Sulawesi, Jabodetabek, NTB, Aceh, dan Jogjakarta. Sementara di Sumatra mencakup Sumatra Utara, Riau, Jambi, Aceh, dan Bengkulu.

Apa arti kerukunan semacam KBB di tengah pergaulan warga Nusantara yang kini makin cair, sementara sejak dulu pun orang-orang Banjar cenderung lebur di mana pun berada?

“Kami justru ingin memelihara semangat paninian bahari itu. Sekuat-kuatnya melebur, menghindari eksklusivitas, sambil mengupayakan sebanyak mungkin kebaikan bagi siapa pun, di mana pun,” jawab Ismu–panggilannya sehari-hari.

Negeri ini, jelas dia, mencatat kontribusi sejumlah tokoh berdarah Banjar dalam debut Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak awal pembentukannya. Ada para pahlawan nasional, seperti Pangeran Antasari, tokoh militer Brigjen Hasan Basry; politikus dan negarawan Idham Chalid; serta Pangeran Muhammad Noor, gubernur Kalimantan pertama yang pernah pula menjadi menteri Pekerjaan Umum.

Di bidang keagamaan, peran para ulama asal Banjar menembusi batas-batas geografis, bahkan teritorial negara. Di Kalimantan Selatan, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kelampaian), menulis kitab fikih Sabilal Muhtadin yang jadi rujukan ulama mancanegara. Lalu, Muhammad Zaini Abdul Ghani (Guru Sekumpul), yang haul beliau setiap tahun dipenuhi jamaah dari berbagai negara. Begitu pula Djazouly Seman (Mufti Kesultanan Banjar).

Di Jawa, Sumatra, dan Malaysia peran para ulama itu tampak pada kiprah Muhammad Syarwani Abdan Al-Banjari (Guru Bangil, ulama ternama di Jawa Timur), Syekh Abdurrahman Sidiq (Datu Sapat), Mufti Kesultanan Indragiri Hilir, Riau.

Lalu, Syekh Hussein bin Muhammad Nashir, Mufti di Kesultanan Negeri Kedah; Haji Ishak Bin Baharom, Mufti Kesultanan Negeri Selangor; serta Tan Sri Harussani bin Zakaria, Mufti Kesultanan Negeri Perak. Tiga yang disebut terakhir ini di Malaysia.

“Bahkan di Makkah, Arab Saudi, seperti dilakukan Syekh Abdul Karim Al-Banjari dan Syekh Ahmad Jamhuri Al-Banjari–ulama dan pengajar di Masjidilharam,” kata Ismu. Peran-peran positif di berbagai bidang ini mutlak perlu pewarisan generasi ke generasi.

Generasi Saadillah Mursyid (menteri dalam 15 tahun masa pemerintahan Soeharto); Syamsul Mua’arif (menteri pada Kabinet Gotong Royong); dan Gusti Muhammad Hatta (menteri Lingkungan Hidup, dan menteri Riset dan Teknologi); sudah melakukannya.

“Tapi, siapa yang meneruskan semangat dan peran positif para beliau itu dalam kebersamaan hidup dengan unsur masyarakat yang lain? Inilah di antara yang harus terus dijawab orang-orang Banjar di tiap generasi. Untuk ini pulalah KBB bekerja, ialah agar kehadiran orang Banjar di tengah heterogenitas masyarakat tetap dan terus bermakna, seperti dicontohkan para pendahulu itu,” urai Ismu.

Hamdani, ketua KBBKT, menyebut di antara program yang jadi titik concern perkumpulan ini setelah konsolidasi organisatoris di seluruh kabupaten-kota di Kalimantan Timur adalah penguatan perekonomian UKM, inventarisasi khasanah seni-budaya Banjar, dan kegiatan pada hari-hari besar keagamaan. (***/dwi/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X