Buruknya Kecanduan Gim Online

- Jumat, 7 Februari 2020 | 13:49 WIB

Dr Rosdiana MKes

Bidang Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

 

 

GIM online merepresentasikan sebuah permainan digital yang sedang marak pada era milenial saat ini. Berkembang sangat pesat, dengan permainan menarik. Mulai tampilan, gaya bermain, resolusi gambar, grafis permainan, hingga variasi tipe permainan. Perang, petualangan, perkelahian, dan lainnya, semakin dibuat menarik.

Data dari Newzoo, sepanjang 2019 menunjukkan, jumlah pemain gim mobile di seluruh dunia mencapai 2,3 miliar jiwa. Jumlah itu menghasilkan total revenue global mencapai USD 68,5 miliar, atau setara dengan Rp 948 triliun.  Sementara di Indonesia jumlah pemain mencapai lebih 52 juta. Indonesia merupakan negara yang menduduki urutan ke-17 di dunia dengan menyumbang sebesar USD 624 juta atau setara dengan Rp 8,7 triliun. Gim terlaris adalah Free Fire Battle Ground yang menduduki peringkat ketiga di PlayStore, dengan total download lebih 100 juta.

Gim kini merupakan gaya hidup, mulai anak-anak, remaja, hingga dewasa. Beberapa penelitian menyebutkan, anak yang pandai bermain gim memiliki tingkat kreativitas otak yang lebih baik dibandingkan anak-anak lain. Namun, tahukah Anda jika gimjuga memiliki efek kecanduan yang akan berdampak buruk bagi pelajar.

Pertama, tidak dapat mengendalikan keinginan untuk bermain gim. Seseorang yang sudah kecanduan, sulit mengontrol keinginannya untuk kapan bermain dan kapan berhenti, walau sudah terlihat dampak buruk terhadap dirinya pribadi, keluarga, sosial, pendidikan, pekerjaan, dan hal-hal penting lainnya.

Selanjutnya terbiasa mengucap kata kasar. Para pelajar atau remaja saat bermain mengalami kekalahan atau kesulitan dalam bermain, gamers akan mudah berucap kasar yang kurang enak didengar. Itu membentuk suatu kebiasaan, terulang tanpa gamers sadari diucapkan.

Selain kerap berkata kasar, gamers mudah marah. Hal itu menjadi penentu mood para gamers. Terlihat dari kejengkelan lantaran kalah, tidak mampu mengungguli lawannya atau cara bermainnya tidak bagus, akan muncul amarah yang meledak-ledak. Bahkan, ada gamers yang melampiaskan amarahnya dengan memukul-mukul meja, berteriak seenaknya atau membanting gawai. Mudah marah sering terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, langsung marah saat rekannya sedang bercanda, mudah tersinggung, cepat bad mood ketika menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan.

Kemudian mudah menyalahkan orang lain. Ketika bermain dengan rekan dalam satu tim dan ada yang bermain buruk, tak jarang cekcok hingga berujung kata kasar. Spontan menyalahkan orang lain. Efeknya juga berimbas ke kehidupan ril. Ketika ada kesalahan langsung nge-judge dan menyebut sumber masalah tersebut.

Pelupa, menjadi bagian buruk dari kecanduan gim online. Hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Molecular Psychiatry mengungkapkan, sebanyak 85 persen orang yang bermain gim action selama enam jam lebih setiap minggu memiliki bagian abu-abu (grey metter) yang lebih sedikit pada bagian hipokampus dibandingkan dengan yang jarang main.  Hipokampus adalah bagian otak yang menjadi pusat belajar, fungsinya untuk penyimpanan dan pengelolaan memori jangka panjang. Apabila keseluruhan atau sebagian saja hipokampus rusak, maka dapat mengalami masalah memori yang serius. Hal itu disebabkan saat bermain gim action, gamers dipaksa berpikir keras untuk menemukan strategi mengalahkan lawan. Proses itu melibatkan bagian otak yang bernama striatum. Bagian yang memiliki fungsi seperti autopilot yang secara otomatis tahu seluk-beluk strategi permainan, seperti belok kanan-kiri, maju-mundur dan melompat tanpa harus berpikir panjang, bagian otak Striatum membuat navigasi tadi menjadi sebuah kebiasaan. Semakin sering striatum digunakan, otak akan semakin sedikit menggunakan hipokampus untuk mengingat hal-hal penting. Akibatnya hipokampus mengalami atrofi atau kehilangan sel-sel dan jaringannya secara perlahan. Dampak lain kelebihan bermain game action adalah gamers terkadang mengaplikasikan action yang ada dalam permainan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, gamers mencari persoalan dengan teman agar bisa berkelahi seperti jagoan dalam gim, ada pula pelajar yang mencuri mobil gurunya seperti cerita dalam game action yang dimainkan.

Masalah lain yang muncul adalah penurunan konsentrasi belajar. Jika sudah kecanduan bermain gim, pola pikir hanya terarah pada kesukaan. Jadi, menyebabkan turunnya konsentrasi belajar. Pelajar lebih fokus memikirkan agar bisa secepatnya bisa bermain dengan cara apapun, seperti bolos sekolah, pura-pura sakit agar cepat pulang, atau bolos. 

Dampak yang paling terasa adalah kerusakan pada mata. Radiasi yang ditimbulkan oleh komputer dan alat digital yang lain seperti smartphone atau laptop memiliki banyak sekali efek buruk bagi kesehatan. Mata dipaksa menatap layar dalam kurun waktu yang begitu lama, membuat mudah letih, memerah, dan menyebabkan cacat, seperti rabun dekat disertai sakit kepala dan menyebabkan rusaknya organ dalam mata.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X