Produksi Lada Kaltim Berpotensi Meningkat

- Jumat, 7 Februari 2020 | 13:37 WIB
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, tercatat pada 2012 hasil produksi komoditas lada Kaltim sebanyak 3,56 persen dan pada 2018 turun menjadi 2 persen.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, tercatat pada 2012 hasil produksi komoditas lada Kaltim sebanyak 3,56 persen dan pada 2018 turun menjadi 2 persen.

SAMARINDA- Sertifikat indikasi geografis yang telah diperoleh Pemprov Kaltim untuk varietas lada Malonan 1 diharapkan bisa menjadi stimulus bagi petani. Sebab rendahnya harga lada dalam beberapa tahun terakhir membuat para petani memilih menanam tanaman lain. Diketahui, saat ini harga beli lada Kaltim hanya berkisar Rp 35-45 ribu per kilogram. Padahal sebelumnya sempat menyentuh Rp 80-90 ribu per kg.

Lada asli Kaltim menjadi varietas unggul nasional karena memiliki sejumlah keunggulan. Di antaranya mengandung minyak atsiri sebesar 2,35 persen, oleoresin 11,23 persen dan piperin 3,82 persen atau lebih tinggi dari oleoresin dan piperin lada putih varietas Petaling 1 yang hanya 10,66 persen dan 3,03 persen. Termasuk lada enteng dengan kandungan minyak atsiri 2,90 persen, piperin 3,96 persen, dan oleoresin 12,59 persen.

Sedangkan lada hitam Kaltim memiliki kandungan minyak atsiri 2,61 persen, oleoresin 15,60 persen dan piperin 3,18 persen atau lebih tinggi dari oleoresin dan piperin lada hitam varietas Natar 1 (11,29 persen dan 2,35 persen). Selain itu, Malonan 1 memiliki toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang dan mampu berproduksi sepanjang tahun dengan rata-rata produksi 2,17 ton per hektare per tahun.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, tercatat pada 2012 hasil produksi komoditas lada Kaltim sebanyak 3,56 persen dan pada 2018 turun menjadi 2 persen.

Kepala Bidang Pengembangan Komoditi Dinas Perkebunan Kaltim Bambang F Fallah mengungkapkan, imbas dari harga yang terus turun memengaruhi minat para petani terutama pengumpul dari produk ini melemah. Dinas Perkebunan Kaltim berinisiatif untuk mencoba membangun komunikasi dengan salah satu perusahaan di Sulawesi untuk memasarkan produksi lada kita. ”Akhirnya mereka mau menerima lada kita dengan harga Rp 36.500 per kilogram,” ucapnya

Bambang menambahkan, harga dunia berdasarkan hasil rapat bersama Menteri Pertanian yang baru saja selesai berkeliling ke beberapa negara seperti Prancis, Rusia hingga Turki harganya cukup fantastis. ”Di Turki sendiri harga lada berkisar hampir Rp 700 ribu per kilogram,” ungkapnya

Ia menegaskan, pihaknya hanya menyiapkan produktivitas produksi. ”Untuk ekspor dan bagaimana harga ini bisa bagus tentu dibutuhkan inovasi, mulai dari hasil produksi hingga pengemasan hingga pemasaran,” tuturnya.

Sebagai contoh, kelompok tani yang berada di Pesayan Kecamatan Sambaliung Berau berhasil memasarkan hasil produksi lada dengan bentuk bubuk dengan kemasan 20 gram seharga Rp 20 ribu dan 1 kg seharga Rp 400 ribu dengan perbandingan 3 kg lada biji setara dengan 1 kg lada bubuk. ”Katakanlah ia mendapat harga Rp 40 ribu per kg lada biji dikali 3, yaitu Rp 120 ribu, namun ia bisa menghasilkan Rp 400 ribu untuk 1 kg lada bubuk dengan kemasan,” bebernya.

Sistem promosi yang dilakukan kelompok tani ini dengan cara online dan produk mereka sudah dikirim ke berbagai daerah. Kuncinya ialah kelompok tani ini kerap membawa produk lada kemasannya dalam acara-acara kedinasan, seperti rapat di kantor bupati, bertemu DPR dan kunjungan lainnya. Sehingga produk mereka tak hanya dikenal oleh orang Berau saja, namun tamu dari daerah luar.

”Jadi kelompok ini memiliki pasar sendiri, akhirnya kebanyakan pelanggan yang telah mengonsumsi produk ini dan bagus akhirnya memesan kembali melalui internet dan dikirim ke daerah-daerah. Ini yang sering saya berikan contoh kepada para petani lada di daerah Loa Janan dan Muara Badak,” ujarnya.

Dia berharap petani bisa mengadopsi perilaku tersebut karena sekarang sudah zamannya petani milenial dengan cara pemasaran dan teknologi pengembangan yang terperbarui. ”Harapannya anak-anak muda sekarang dapat mengubah konsep dan cara bertani, tidak hanya orang tua, namun anak-anak muda yang memiliki kemampuan ilmu di bidang pertanian bisa menguatkan peran petani,” pungkasnya. (*/ain/ndu/k15) 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X