Aksi Harley Quinn dan Teman-Teman Perempuannya yang Sangar

- Jumat, 7 Februari 2020 | 12:33 WIB
Birds of Prey
Birds of Prey

Tiga tahun setelah Suicide Squad (2016), inilah kali pertama fans DC Extended Universe (DCEU) menyaksikan kembali aksi Harley Quinn (Margot Robbie). Tidak bersama Joker, melainkan bersama perempuan sangar lainnya.

 

JUDUL filmnya panjang, Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn). Singkatnya disebut Birds of Prey. Dengan arahan sutradara Cathy Yan, film itu mengisahkan Harley Quinn setelah putus dari Joker (alias Mr J).

Harley berusaha menemukan jati dirinya dan hidup mandiri tanpa perlindungan Mr J. Masalah muncul ketika pencuri kecil yang bernama Cassandra Cain (Ella Jay Basco) ’’tak sengaja’’ mencuri berlian yang amat berharga dari kantong Victor Zsasz (Chris Messina), tangan kanan raja kejahatan Gotham, Black Mask (Ewan McGregor).

Kejadian itu memicu serangkaian masalah yang membuat Harley harus bekerja sama dengan tiga perempuan yang punya latar belakang berbeda. Mereka adalah Hunters (Mary elizabeth Winstead), Black Canary (Jurnee Smollett-Bell), dan detektif Renee Montoya (Rosie Perez).

Sejak awal, film tersebut menjanjikan cerita soal emansipasi perempuan yang digagas Harley. Hal itu cukup berhasil. Harley, yang menjadi magnet utama dalam film, benar-benar memukau. Rasanya menyenangkan melihatnya move on dari Mr J dan berusaha membuktikan bahwa perempuan bisa berdiri sendiri.

Birds of Prey makin menarik berkat gaya Harley yang santai, kocak, dan seru. Outfit-nya pun lebih berwarna dan mencolok jika dibandingkan dengan penampilannya di Suicide Squad. Robbie berhasil menghidupkan peran Harley dengan baik. ’’Film ini adalah pertunjukan yang memukau untuk Margot Robbie, yang memimpin layar dan menampilkan sosok protagonisnya ke semua dimensi,’’ komentar Laura Prudom, kolumnis IGN.

Alur film menjadi semakin seru ketika Harley bersatu dengan Hunters, Black Canary, dan Montoya (yang nantinya membentuk kelompok bernama Birds of Prey). Sebagai perempuan, Yan sangat memahami dinamika perempuan. Begitu pula saat bertarung.

Sayang, mereka baru beraksi bersamaan menjelang akhir film. ’’Sangat seru ketika grup itu akhirnya bersatu. Rasanya seperti salah langkah untuk tidak membuat mereka (bertarung) bersama lebih cepat dan lebih sering,’’ tulis Ian Freer, kolumnis Empire.

Ada lagi yang menarik dari film itu. Ketimbang menampilkan Gotham City yang gelap, Birds of Prey memperlihatkan aksi yang penuh warna dan fresh. Setiap pertarungan terasa smooth dan brutal, tapi tidak begitu vulgar.

’’Gotham yang ini menampilkan visual pop yang hampir terasa seperti kompilasi potongan klip video termahal di dunia, dengan bintang-bintangnya yang cerah dan tak terprediksi,’’ komentar James Whitbrook, kolumnis io9.

Kalaupun ada sedikit yang kurang, itu karena plot dan alur yang terputus-putus. Bagian awal hingga pertengahan film dihabiskan dengan alur maju-mundur yang sebenarnya tidak perlu. Padahal, plotnya sebetulnya cukup sederhana. ’’Bagaimanapun, Birds of Prey lebih tentang karakter dan mood daripada plot. Paro pertama film sedikit kacau,’’ tulis Sean Keane, kolumnis CNET. (adn/c18/jan)

 

Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X