Truk Mestinya Tak Melintas di Gunung Manggah

- Jumat, 31 Januari 2020 | 23:58 WIB
Laju truk yang mengangkut pasir baru berhenti setelah menabrak 3 motor di depannya.
Laju truk yang mengangkut pasir baru berhenti setelah menabrak 3 motor di depannya.

SAMARINDA–Kengerian itu datang lagi. Kemarin (30/1), kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di Gunung Manggah, Samarinda, mengakibatkan empat pengendara meninggal. Tiga tewas di tempat, satu dalam perjalanan menuju RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS). Peristiwa itu berawal dari truk yang dikendarai Rudi Setiawan.

Truk berkelir kuning dengan nomor polisi KT 1376 LN mengangkut pasir dari arah Sambutan menuju Pasar Sungai Dama. Sekira pukul 14.47 Wita, truk masuk kawasan Jalan Otto Iskandardinata dan melaju di turunan Gunung Manggah. Kondisi jalan yang curam membuat truk melaju lebih cepat. Seketika rem diduga tidak berfungsi (blong).

Rudi Setiawan (50) yang tak bisa mengendalikan truknya langsung menghantam pengendara lain di depannya. Setidaknya lima pengendara yang juga melewati Jalan Otto Iskandardinata,

diseruduk oleh truk berpelat Kota Pati, Jawa Tengah, itu. Satu pengendara motor Yamaha N-Max yang dikendarai Junaidi diseruduk dari belakang. Beruntung, pria yang bekerja sebagai Satpol PP itu lolos dari maut. Dirinya terlempar ke arah tepi jalan menjauh dari truk yang masih melaju. Truk yang masih melaju, lalu menghantam tiga kendaraan yang ada di depannya.

-

Yakni Yamaha Mio Soul KT 2966 WZ, yang dikendarai Awaluddin. Selanjutnya menghantam motor Honda Karisma KT 4715 MY yang dikendarai Tri Prihatin bersama anaknya, Brilian Eklesia Gabriel. Ketiganya terseret hingga 20 meter. Laju truk baru melambat setelah menghantam motor Honda Scoopy KT 3894 WZ, yang dikendarai Desti Noor. Korban tewas dalam peristiwa nahas itu adalah Desti Noor (14), Tri Prihatin Ningsih (43) dan Awaluddin (40). Sedangkan Brilian Eklesia Gabriel (12) yang dibonceng ibunya, meninggal dalam perjalanan menuju RSUD AWS.

Menurut keterangan Yanti (26), salah satu saksi mata, truk tiba-tiba melaju kencang. "Saya lagi buang sampah, pas di depan. Tiba-tiba truk itu berhenti di depan (kios). Ada dua orang masih di bawah truk, satunya pria (Awaluddin) di roda depan kanan, sedangkan yang anak (Brilian) di roda belakang sebelah kiri dan motornya juga tersangkut di bawah truk," ucapnya sambil menunjuk lokasi korban.

Babinsa Sungai Dama, Kopral Kepala Azmiadi yang turut membantu mengevakuasi korban dan mengatur lalu lintas mengatakan, "Di sini (Jalan Otista) memang sering kecelakaan, tapi dari dulu sampai sekarang belum dapat perhatian. Seharusnya ada perhatian khusus, kalau bisa buat saja jam malam untuk kendaraan besar," terangnya.

Dirinya juga sempat mengamankan Rudi Setiawan agar tak menjadi amukan massa. "Kooperatif kok dia (Rudi Setiawan), begitu keluar dia duduk di depan warung. Saya langsung amankan, setelah itu langsung dibawa pihak kepolisian," pungkasnya.

Kanit Laka Lantas Polresta Samarinda Ipda Henny Merdekawati mengatakan, pemeriksaan intens masih dilakukan. Wakasat Lantas Polresta Samarinda AKP Noordhianto menambahkan, pihaknya masih meminta keterangan dari sejumlah saksi mata. "Masih periksa saksi. Ada tiga saksi yang dimintai keterangan. Untuk pengendara truk juga telah ditahan. Sementara diduga akibat rem blong," singkatnya.

Peristiwa lakalantas di Gunung Manggah sudah berkali-kali terjadi. Pada 11 September 2019, truk hilang kendali lalu menabrak mobil di depannya dan sebuah tiang kabel provider. Tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Kemudian, 5 Juni 2018, tanjakan terjal di Jalan Otto Iskandardinata kembali jadi perhatian. Setelah truk yang turun dari Gunung Manggah mengalami rem blong dan menabrak empat mobil dan dua sepeda motor. Empat orang luka-luka.

Jalan Otto Iskandardinata (Otista) sudah sesak dengan mobil, motor, pasar, dan penjual yang begitu lekat dengan jalan. Tetapi, truk juga melintas di jalan ini. Kondisi jalan di tanjakan ini memang tak ideal. Rumah rapat dengan jalan, tanjakan curam dan menikung, membuat kawasan ini rawan kecelakaan dan kemacetan. Kecelakaan bukan masalah takdir. Tetapi, ada upaya untuk mengantisipasinya. Dewan Penasihat Himpunan Pengembangan Jalan Indonesia (HPJI) Kaltim Haryoto mengamini kondisi jalan ini. Apalagi, tanjakan di Jalan Otista juga ada persimpangan menuju Jalan Damai.

"Orang yang mau menyeberang ke Jalan Damai pasti stop dahulu di tengah jalan, menunggu agar bisa menyeberang," kata Haryoto. Kemacetan dan kecelakaan makin berisiko karena mereka yang ingin menyeberang. Haryoto mengatakan, pemerintah baiknya memberikan alat pemberi isyarat lalu lintas (apill) di tanjakan tersebut. Di sisi lain, penguatan dengan fondasi baja di sisi jalan juga dilakukan.

Mengingat, sisi tanjakan di Jalan Otista ada yang berupa jurang. Rumah-rumah penduduk yang terlalu menempel di jalan pun, idealnya dibebaskan. Sehingga, ruang jalan lebih lega. Termasuk penjual kayu, yang disebut Haryoto akan banyak berisiko ketika melakukan bongkar muat kayu dengan truknya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X