Orang Tua yang Khawatir Anaknya Berada di Tiongkok, Sehari Bisa Video Call sampai Sepuluh Kali

- Rabu, 29 Januari 2020 | 13:33 WIB
Penanganan pasien yang terpapar Corona
Penanganan pasien yang terpapar Corona

Para orang tua ini diliputi kecemasan. Anak-anak mereka sedang belajar di Tiongkok. Virus korona membuat mereka terisolasi. Persediaan pangan mulai menipis, begitu juga masker. Satu-satunya yang diinginkan saat ini adalah bisa segera pulang ke Indonesia.

 

Hisyam, Surabaya

Rusydi Zain, Sampang

Prengki Wirananda, Pamekasan

Jawa Pos

 

Prof Subandi berkali-kali menghubungi anak pertamanya, Brandy Juan Ferrero, lewat aplikasi WeChat kemarin sore (28/1). Melalui panggilan video call, dia ingin mendengar dan melihat wajah anaknya yang saat ini terisolasi di Kota Wuhan, Tiongkok, itu.

Juan tengah menjalani studi di Central China Normal University (CCNU) Wuhan. Berangkat Agustus lalu, dia akan mengambil jurusan hubungan internasional. Saat ini Juan masih mengikuti kelas persiapan bahasa Mandarin selama setahun.

Subandi yang merupakan guru besar bidang ilmu linguistik bahasa Jepang Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (FBS Unesa) dihantui kekhawatiran mengenai nasib anaknya di daerah tempat asal virus korona itu. Untuk melegakan hatinya, Subandi setiap saat berusaha menghubungi Brandy. Sehari bisa video call tujuh kali. Tak jarang sampai sepuluh kali. ”Di situasi yang begini, kalau gak dengar suara dan melihat wajah ya gak tenang,” ujar Subandi saat ditemui di kediamannya, kawasan Lidah Wetan, Surabaya.

Gagal lewat video call, Subandi menjajal telepon biasa dan akhirnya tersambung. Subandi yang awalnya tegang langsung merasa plong begitu suara anaknya terdengar. ”Bagaimana perkembangan kondisimu Juan di sana,” tanyanya.

Juan menjawab bahwa dirinya sedang berada di asrama dan berkumpul dengan teman-teman asal Indonesia lainnya. Mereka dalam kondisi baik. Juan menambahkan bahwa para mahasiswa Indonesia itu sehari-hari lebih banyak berada di dalam asrama.

Mereka berkumpul dan mendukung satu sama lain. Untuk mengisi waktu, mereka bermain game, bercerita pengalaman, sampai memasak bersama. ”Biar gak bosen aja sih. Karena masih ada tugas, ya saya juga menyelesaikan tugas-tugas gitu,” kata Juan.

Fadil, rekan Juan asal Aceh yang kini studi doktoral di CCNU, mengatakan bahwa harga bahan makanan di sana naik empat kali sampai lima kali lipat. Masker juga langka. Banyak toko yang tutup. Karena itu, harga jual barang-barang melejit. Biasanya hanya Rp 2 ribu per masker, kini harganya naik menjadi Rp 10 ribu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X