Corona Buat Harga CPO Terkapar

- Selasa, 28 Januari 2020 | 10:34 WIB
Karena ada wabah Corona, Negeri Tirai Bambu tersebut berpeluang mengurangi impor minyak sawitnya.
Karena ada wabah Corona, Negeri Tirai Bambu tersebut berpeluang mengurangi impor minyak sawitnya.

Virus corona yang melanda Tiongkok ternyata tak hanya membuat sektor pariwisata di negara tersebut menurun. Virus tersebut juga membuat permintaan crude palm oil (CPO) juga menurun dan berujung pada pelemahan harga.

 

SAMARINDA – Virus corona yang berkembang di Tiongkok dan belum ditemukan obatnya turut berdampak di Kaltim. Sebab, selama ini Tiongkok menjadi salah satu negara tujuan ekspor CPO dengan pangsa mencapai 47 persen, di atas India (8,8 persen) dan Eropa (17 persen). Negeri Tirai Bambu tersebut berpeluang mengurangi impor minyak sawitnya.

Kondisi tersebut sangat disayangkan karena harga CPO global baru saja membaik. Diketahui, sepanjang semester I 2019 rata-rata harga CPO hanya mencapai USD 492 per metrik ton. Harganya membaik pada semester II 2019, sampai menyentuh USD 880 per metrik ton.

Namun, setelah melewati tiga pekan di awal tahun ini, penurunan harga CPO mencapai 5,7 persen menjadi USD 830 per metrik ton. Meski begitu, harga rata-rata CPO pada periode ini jauh lebih baik dibandingkan rata-rata tahun lalu. Tak hanya CPO, harga minyak kedelai pada periode yang sama juga melemah hingga 7,4 persen.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Kaltim Muhammad Sjah Djafar mengatakan, harga CPO internasional sudah anjlok sejak pekan lalu. Pelemahan permintaan dari Tiongkok serta menguatnya ringgit jadi faktor pemicu anjloknya harga CPO. Apalagi saat ini Tiongkok sedang genting, karena penyebaran virus corona baru yang terus membuat korban berjatuhan.

Perkembangan terbaru menunjukkan jumlah kasus virus corona semakin bertambah. “Sehingga wajar, permintaan CPO menurun dari Tiongkok lalu harga kembali merosot,” jelasnya.

Menurutnya, penurunan harga memang menjadi kabar buruk. Apalagi harga diperkirakan terus meroket pada 2020 ini, namun belum terealisasi maksimal. Penurunan permintaan, akan membuat ekspor CPO menurun pada awal tahun. Namun, penguatan pasar domestik tetap diusahakan.

Adapun produksi biodiesel berbasis minyak sawit pada 2019 mencapai 8,4 juta kiloliter, lebih tinggi dari target 7,4 juta kiloliter. Sementara untuk tahun ini Indonesia menargetkan produksi mencapai 10 juta kiloliter biodiesel. “Tak hanya disebabkan permintaan yang menurun, harga CPO juga menurun akibat penguatan ringgit,” katanya.

Penguatan ringgit turut mempersulit peningkatan harga CPO. Sebab jika ringgit menguat terhadap USD, maka harga CPO akan lebih mahal untuk pemegang USD. Sehingga harga yang sudah mahal, ditambah ringgit yang menguat terhadap USD menjadi ruang baru untuk penurunan harga CPO. “Permintaan ekspor CPO akan menurun jika dalam jangka panjang beberapa kendala ini masih berlangsung,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Terganggu Corona

Virus corona berpeluang mengganggu kinerja ekspor Kaltim. Sebab Tiongkok menjadi salah satu tujuan ekspor komoditas andalan Bumi Etam.

 

Negara Tujuan Ekspor Migas Pangsa (persen) Negara Tujuan Ekspor Non-migas Pangsa (persen)

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X