Berdaya lewat Pertanian Terpadu

- Senin, 27 Januari 2020 | 10:49 WIB
INGIN MANDIRI: Salah satu kandang ternak di RT 24, Kelurahan Sangasanga Dalam, yang dikelola secara swadaya masyarakat. Rama Sihotang/KP
INGIN MANDIRI: Salah satu kandang ternak di RT 24, Kelurahan Sangasanga Dalam, yang dikelola secara swadaya masyarakat. Rama Sihotang/KP

TAK sulit mendorong warga di RT 24, Kelurahan Sangasanga Dalam, untuk kembali membangkitkan pertanian. Salah satu misi yang ditawarkan, yakni menjadi benteng penolakan aktivitas tambang.

Lahan-lahan eks tambang pun mereka ubah menjadi lahan yang produktif. Lesunya aktivitas pertambangan beberapa tahun lalu, meninggalkan sejumlah masalah. Tak hanya kerusakan lingkungan pascatambang, tapi juga pengangguran bagi warga yang sebelumnya mencari nafkah di pusaran bisnis emas hitam.

Hilangnya mata pencarian warga tersebut, akhirnya menguatkan masyarakat untuk mengembalikan kejayaan di sektor pertanian. Lahan-lahan kritis pascatambang pun menjadi sasaran untuk dilakukan reklamasi secara swadaya.

Sekelompok warga dari RT 24, Kelurahan Sangasanga Dalam, sepakat membangun kelompok tani yang dinamakan Daya Karya Mandiri (DKM). Atas berbagai inisiatif dan kerja kerasnya, berbagai penghargaan skala nasional berhasil diraih kelompok tani ini.

Terutama dalam upaya menyulap lahan kritis menjadi produktif. Setidaknya terdapat 50 hektare lahan eks tambang yang terbengkalai. Lahan ini yang mulai digarap secara serius. Ada yang ditanami rumput untuk pakan ternak, ada juga lokasi pondok yang dibangun warga berdekatan dengan tempat peternakan sapi dan kambing.

“Di lokasi ini menjadi pusat berkumpul sekaligus etalase hasil pertanian warga di sini. Mulai peternakan, tani, serta perikanan,” ujar Dasi, anggota kelompok tani.

Melalui program integrated farming system (sistem pertanian terpadu), kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dan bidang lain dikelola dalam satu lahan. Sistem ini dapat menjadi solusi bagi peningkatan produktivitas lahan secara cepat.

“Sudah banyak hasil pertanian berupa sayuran yang dijual di pasar. Seperti lombok, sawi, kangkung. Ini dulunya lahan kritis pascatambang,” ujar Sugiono, anggota DKM lainnya.

Bagi orang yang baru datang, mungkin tak akan mengira jika lokasi kebun tersebut dulunya adalah konsesi tambang. Sebuah taman tempat bermain di gerbang RT 24 pun begitu asri. Kepedulian masyarakat setempat atas lingkungan, begitu tergambar dari hijaunya lokasi perkampungan di RT 24.

Bahkan, tempat bermain anak-anak pun disiapkan tak jauh dari pintu gapura. “Kami ingin anak-anak tidak kehilangan tempat bermain. Terutama akibat aktivitas tambang,” ujar Zainuri, ketua RT 24.

Menurut dia, warga setempat ingin dukungan pemerintah serta pihak swasta. Termasuk dalam membangun upaya menjadi percontohan dengan menyulap kampung yang semula bergantung dengan aktivitas tambang menjadi lebih mandiri. (qi/kri/k8)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X