17 Kota di China Diisolasi, Dokter yang Menangani Pasien 2019-nCov Meninggal

- Minggu, 26 Januari 2020 | 11:46 WIB
ILUSTRASI. Menggunakan masker bisa mencegah virus corona. (Imam/JAWA POS)
ILUSTRASI. Menggunakan masker bisa mencegah virus corona. (Imam/JAWA POS)

HONGKONG – Usaha untuk membatasi persebaran 2019-novel Coronavirus (2019-nCov) gagal. Virus yang muncul pertama kali di Wuhan, Hubei itu terus memakan korban. Saat ini ada lebih dari 1.372 orang yang positif tertular dan 41 lainnya tewas. Kemarin (25/1) Presiden Tiongkok Xi Jinping menggelar rapat khusus dengan politburo untuk membahas masalah virus mematikan tersebut. Padahal seharusnya hari itu adalah libur nasional perayaan imlek.

''Ini situasi serius. Virus itu meningkatkan kecepatannya (untuk menyebar Red),'' ujar Xi seperti dikutip The Guardian. Dia menyatakan bahwa stok pangan di daerah-daerah yang diisolasi tidak akan kekurangan dan harganya pun tak bakal naik. Para pakar penyakit juga akan dikerahkan untuk menangani situasi.

Saat ini ada 17 kota yang diputus jalur transportasinya. Wuhan diisolasi penuh. Tak boleh ada yang keluar masuk kecuali kendaraan yang mengirim suplai barang dan juga rombongan dokter. Sebanyak 30 provinsi, kota dan daerah otonomi khusus di Tiongkok kini meningkatkan kewaspadaan kesehatan hingga ke level tertinggi. Di Beijing, layakan bus antar provinsi yang masuk kota tersebut dihentikan.

Korban tewas virus 2019-nCov tak hanya berasal dari rakyat biasa. Dokter Liang Wudong dari Hubei Xinhua Hospital juga ikut tertular dan meninggal dunia kemarin pagi. Beberapa jam kemudian, dokter Jiang Jijun juga dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung. Belum diketahui apakah Jiang juga tertular. Mereka berdua termasuk di garda depan penanganan pasien yang tertular virus di Wuhan.

Sejauh ini mayoritas korban tewas berusia 60 tahun ke atas. Tidak ada pasien yang berusia kurang dari 30 tahun meninggal dunia. Pasien termuda di Tiongkok adalah balita perempuan yang masih 2 tahun.

Pemerintah pusat mengirimkan 1.200 personil medis tambahan ke Wuhan. Itu belum termasuk para pakar dan 450 petugas medis dari militer. CCTV mengungkap bahwa pemerintah akan mengirmkan 3 juta masker, 114 ribu baju pelindung dan 110 ribu pasang sarung tangan akan dikirimkan ke Wuhan.

Sebanyak 24 rumah sakit umum di Wuhan dan sekitarnya akan dialih fungsikan untuk menangani pasien 2019-nCov saja. Mereka akan menambah kasur dan diperkirakan mencapai 6 ribuan di akhir bulan nanti. Tiongkok tahu wabah ini tidak akan menghilang dalam satu dua pekan. Mereka akhirnya memutuskan untuk membangun satu rumah sakit baru lagi. Total ada dua rumah sakit yang dibangun. Yang pertama bakal selesai awal Februari dan yang kedua pada tengah bulan.

Rumah sakit di Wuhan memang sudah kewalahan menangani pasien yang terus membludak. Wuhan Red Cross Hospital misalnya. Pasien sampai membawa kursi sendiri. ''Setidaknya harus menungu 5 jam untuk bertemu dokter,'' terang salah satu pasien pada Agence France Presse. Situasi itu membuat pasien kian frustasi.

Seseorang mengunggah video di Weibo yang berisi situasi di rumah sakit tersebut. Dalam video tampak tiga jenazah digeletakkan begitu saja di selasar rumah sakit. Sementara di kanan kirinya para pasien duduk menunggu giliran diperiksa. Dokter dan perawat tampak lalu lalang melewati tiga jenazah itu begitu saja. Video itu diperkirakan diambil pada 23 atau 24 Januari lalu. Meski sudah dihapus di Weibo, namun salinannya sudah menyebar. Salah satunya diunggah di Al Jazeera. Video tersebut menunjukkan betapa daruratnya situasi di Wuhan saat ini.

Penularan yang kian tidak terkendali membuat banyak pihak panik. Kemarin Hongkong mendeklarasikan status darurat untuk penanganan 2019-novel Coronavirus (2019-nCov). Kota bekas koloni Inggris itu tak mau tragedi kelam Severe acute respiratory syndrome (SARS) yang terjadi 2002-2003 lalu kembali terulang. Peningkatan status itu dibuat setelah ada tiga orang lagi yang positif tertular virus yang berasal dari Wuhan tersebut. Total ada 5 pasien kini dirawat di Hongkong.

''Kita harus tetap bersatu agar bisa mencegah dan mengontrol penyakit tersebut,'' ujar Chief Executive Hongkong Carrie Lam.

Tiga pasien baru itu datang dari Tiongkok dengan menggunakan kereta ekspress yang menghubungkan wilayah pusat dan Hongkong. Mereka adalah penduduk Wuhan dan berusia 60an tahun. Ketiga pasien itu tidak pernah punya riwayat penyakit sebelumnya dan tidak pernah berkunjung ke pasar ikan Wuhan yang menjadi pusat penyebaran virus.

Dengan adanya status baru itu, semua orang dari pulau utama Tiongkok yang datang ke Hongkong harus menandatangani form deklarasi kesehatan. Pemerintah Hongkong juga membatalkan acara makan malam imlek dan lomba lari marathon bulan depan. Libur di sekolah-sekolah dan universitas diperpanjang hingga 17 Februari.

Ahli mikrobiologi di University of Hong Kong Ho Pak Leung menegaskan bahwa satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah persebaran adalah menutup perbatasan dengan Tiongkok. Transportasi hanya dibuka jika wabah sudah bisa dikontrol. Deklarasi kesehatan tidak ada gunanya sebaga pasien bisa saja berbohong.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X