Film Perang tapi Indah dan Emosional di 1917

- Jumat, 24 Januari 2020 | 23:21 WIB

Dua sahabat, sekaligus tentara Inggris berpangkat rendah, harus menghadapi misi mustahil. Langsung dari pimpinan tertinggi pasukan. Keselamatan ribuan tentara Inggris di garda depan pun berada di pundak mereka.

 

PEPERANGAN Inggris dan Jerman pada Perang Dunia I mencapai puncaknya. Jerman menarik seluruh pasukan dari Front Barat di utara Perancis. Bagi tentara Inggris di Resimen Devon, yang dekat dengan area tersebut, keputusan itu bak kemenangan di depan mata. Mereka berencana melakukan gelombang serangan, tanpa tahu Jerman bakal menggempur mereka dengan seluruh kekuatan artileri.

Kopral William Schofield (George MacKay) dan Kopral Tom Blake (Dean-Charles Chapman) diminta menyampaikan pesan ke Resimen Devon. Perintah itu diberikan langsung oleh sang jenderal. Pasalnya, sambungan telepon putus total. Keduanya harus menyampaikan amanat untuk membatalkan rangkaian serangan. Mereka hanya punya waktu kurang dari 24 jam.

Sebuah misi yang tak mungkin. Sebab, mereka harus melewati tanah tak bertuan. Dilanjutkan melalui wilayah Jerman yang telah jadi ’’kuburan” masal. Area yang mesti disusuri adalah medan terbuka, tanpa pelindung. Tom dan Will harus berpacu dengan waktu. Sebab, taruhannya bukan hanya nyawa mereka. Keselamatan ribuan tentara di Residen Devon juga berada di pundak keduanya.

1917 merupakan proyek yang punya nilai personal buat sutradara Sam Mendes. Film tersebut berjarak empat tahun dari Spectre, karya terakhirnya. Cerita film itu terinspirasi kisah nyata Alfred Mendes, sang kakek, yang menjadi penyampai pesan di Front Barat Perang Dunia I. ’’Kisah itu membekas buatku saat kecil. Potongan kejadian itu kukembangkan dengan signifikan, namun tanpa kehilangan ’nyawa’ cerita,” papar Mendes, sebagaimana dikutip Time.

Pria yang mengawali karir sebagai sutradara teater tersebut memoles total film yang dinobatkan sebagai Best Drama Motion Picture Golden Globes 2020 itu. Moviegoers yang bukan penyuka film perang pun bisa menikmati karya Mendes tersebut. Alur ceritanya mudah diikuti. Inti cerita simpel yang diwarnai konflik tak terduga membuat penonton hanyut dalam kisah kopral muda Inggris itu.

Pengambilan gambar dilakukan dengan konsep one shot sehingga atmosfer perang amat terasa. Penonton seakan diajak menjadi tentara Perang Dunia I. Sinematografinya yang digarap Roger Deakins pun indah, namun tetap nyata dan tak menghilangkan detail kengerian perang. Reruntuhan sisa serangan hingga mayat korban perang benar-benar diperhatikan. Kehadiran kameo besar seperti Benedict Cumberbatch dan Colin Firth turut jadi kejutan.

1917 mendapat ulasan positif dari kritikus. Penampilan apik Chapman dan MacKay menuai pujian. ’’Keduanya berhasil menampilkan pengorbanan yang inspiratif lewat wajah muda dan ekspresi letih mereka,” tulis Asher Luberto, kontributor LA Weekly.

’’Sam menekankan pentingnya kekuatan karakter tanpa mengesampingkan aspek teknis,” papar kontributor Variety Peter Debruge. Dia bahkan menilai 1917 sebagai proyek film terbaik 2019. Peraih 10 nominasi Oscars 2020 itu masuk 10 besar film versi 20 kritikus.

Sorotan utamanya tentu aspek teknis film yang dinilai memuaskan. ’’(Film) ini adalah mahakarya dalam dunia perfilman. Sisi estetisnya memukau. Bahkan, penonton awam bisa merasakan dan mengapresiasinya,” tulis Todd McCarthy dalam ulasannya di The Hollywood Reporter. Mendes berhasil menampilkan kekejaman perang dengan nyata, namun tetap indah dipandang. (Variety/The Hollywood Reporter/fam/c18/jan)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X