Karena Menari Juga seperti Berdiplomasi

- Jumat, 24 Januari 2020 | 09:45 WIB
Berdiri dari kiri Bolatbek Muhtaruli, Agung Saputra, Shafariyon Sharifzon, Muhammad Zulfian Annur dan Junaedi Firdaus. Sementara duduk bersimpuh, dari kiri Tamila Zhumabayeva, Tassygozhina Gulmira dan Bazarbayeva A.
Berdiri dari kiri Bolatbek Muhtaruli, Agung Saputra, Shafariyon Sharifzon, Muhammad Zulfian Annur dan Junaedi Firdaus. Sementara duduk bersimpuh, dari kiri Tamila Zhumabayeva, Tassygozhina Gulmira dan Bazarbayeva A.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Kazakhstan dan Tajikistan tak melulu bekerja pada bidang diplomatik dan konsuler. Soal seni dan budaya pun menjadi atensi. Berikut laporan DOAN WIDHIANDONO yang baru kembali dari Nur-Sultan, Kazakhstan.

 

AGUNG Saputra tak henti-hentinya meneriakkan aba-aba di ruang bawah Rumah Budaya Indonesia, KBRI Nur-Sultan, itu. Tentang Bazarbayeva Akzharkyn, gadis di pojok belakang, yang kurang trengginas bergerak. Atau tentang Muhammad Zulfi Annur, pemuda Riau yang sedang berkuliah di Kazakhstan, yang putaran tubuhnya kurang lebar.

’’Ayo! Ini tari harus semangat geraknya. Jangan lemes. Enak aja kamu cari gampangnya,’’ semprot Agung. Bukan semprotan kemarahan, melainkan lebih ke upaya untuk membuat para penari itu lebih gereget.

Ya, Sabtu (4/1) siang itu, Agung sedang memimpin enam anak muda, empat Kazakhstan dan dua Indonesia, berlatih menari. Yang pertama adalah tari Zapin Riau. Yang kedua adalah tari kreasi ciptaan Agung sendiri. ’’Saya kreasikan gerak-gerak tari tradisional Indonesia dan gerak-gerak khas Kazakhstan,’’ ujar alumnus Jurusan Tari ISI Jogjakarta tersebut.

Agung yang juga staf sosial dan budaya KBRI tak sembarangan dalam meracik irama dan gerak. ’’Harus disukai khalayak. Dan negara-negara berakhiran -tan ini suka musik yang kencang dan irama yang rancak. Suka yang nge-beat,’’ ungkap pria kelahiran 28 Juni 1988 tersebut.

-

GERAK RANCAK: Agung Saputra (kanan) dan Tamila Zhumabayeva (kiri) menari Zapin Riau. 

 

Kelas tari itu rutin diadakan di Rumah Budaya Indonesia. Tiap pekan Agung melatih. Selain itu, ada kelas-kelas lain. Yakni, kelas musik angklung, kelas menjahit, hingga kelas memasak. ’’Ini upaya kita mendukung KBRI. Tidak hanya membantu urusan konsuler warga, tidak hanya urusan diplomasi, tapi meliputi kampanye budaya,’’ papar lelaki yang bekerja di Nur-Sultan sejak Februari 2015 tersebut.

Dan, diplomasi budaya Indonesia boleh dibilang cukup sukses. Mereka kerap tampil dalam berbagai acara di ibu kota Kazakhstan tersebut. Bahkan, saban tahun, mereka sudah punya jatah tampil dalam acara budaya di Khan Shatyr, mal berbentuk tenda yang menjadi salah satu ikon Nur-Sultan. ’’Banyak sudah atraksi budaya yang kami tampilkan,’’ kata bapak satu anak itu sembari menunjuk jajaran foto yang terdapat di ruang latihan menari tersebut.

Berbagai bentuk kesenian dari Indonesia pernah tampil di depan khalayak Nur-Sultan. Mulai ujung timur hingga ujung barat Nusantara. ’’Tentu kami kreasikan. Tidak benar-benar sesuai pakem. Lebih luwes,’’ ungkap pria asal Riau tersebut.

Tak heran, banyak warga Kazakhstan yang akhirnya kepincut. Mereka ’’lengket’’ dengan Indonesia. Mereka mempelajari budaya Nusantara. Salah seorang yang sudah nyantol dengan Indonesia adalah Tamila Zhumabayeva. Perempuan berparas elok itu bahkan sudah pernah menerima Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) dan berkuliah di UPN Veteran Jogjakarta. ’’Karena saya penerima beasiswa, saya pun harus terus belajar kesenian Indonesia,’’ kata gadis kelahiran 1997 itu.

Demikian pula Tassygozhina Gulmira yang pernah kuliah di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Selain belajar menari, dia mengaku cinta dengan melukis dan membatik.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Puncak Arus Balik Sudah Terlewati

Selasa, 16 April 2024 | 13:10 WIB

Temui JK, Pendeta Gilbert Meminta Maaf

Selasa, 16 April 2024 | 10:35 WIB

Berlibur di Pantai, Waspada Gelombang Alun

Senin, 15 April 2024 | 12:40 WIB
X