Sampai Kapan Mitra Kukar Berjuang Sendirian?

- Jumat, 24 Januari 2020 | 09:39 WIB

Catatan:

Doni Aditya Haryono

(wartawan Kaltim Post, Tenggarong)

 

KAMIS (23/1) kemarin, saya terbangun dengan rutinitas yang sama. Mata melek langsung mencari gadget sambil menyeruput teh hangat. Salah satu favorit saya adalah membuka Instagram. Bursa transfer Liga Indonesia masih menjadi favorit saya. Maklum, saat ini memang sedang musim perburuan pemain, baik Liga 1 maupun Liga 2.

Tapi saya lebih tertarik menyaksikan transfer tim asal Kutai Kartanegara (Kukar), Mitra Kukar. Hingga kini tim beralias Naga Mekes itu belum bergerak di bursa transfer. Bukannya mengikat pemain, tim Kota Raja justru rajin melepas pemain dan pelatih musim lalu.

Beberapa pemain, seperti Rafli Mursalim, Hendra Adi Bayauw, Wiganda Pradika, Roni Fatahillah memilih hengkang. Bahkan tiga staf pelatih pun ikut pergi. Saya meyakini, hati suporter yang benar-benar mencintai Naga Mekes, hatinya pasti teriris.

Di saat tim lain membangun kekuatan, tim kesayangan mereka justru berdiam diri. Tapi itu hanya berlaku kepada suporter yang benar-benar loyal. Bukan mereka yang pura-pura peduli.

Setelah empat musim saya mengamati Mitra Kukar. Saya dapat menyimpulkan selama ini Naga Mekes hanya berjuang seorang diri. Padahal Mitra Kukar sudah berjuang membawa nama daerah. Tapi tak banyak yang memberikan dukungan. Itu bisa dilihat dari rata-rata tingkat kehadiran suporter ke stadion saat Mitra Kukar bermain kandang.

Musim lalu saja, jumlah penonton hanya berkisar di angka 500-700 penonton yang tercatat membeli tiket. Dengan jumlah itu, manajemen dapat apa? Mari berhitung, untuk harga tiket ekonomi, panitia membanderol dengan harga Rp 20 ribu. Sedangkan tiket VIP Rp 40 ribu.

Oke, anggap saja semua tiket yang terjual adalah tiket VIP. Artinya, tiket tersebut dikalikan dengan jumlah penonton yang hadir. Untuk tiket VIP saja, jika dikalikan 800 penonton hanya menyentuh angka Rp 32 juta. Uang sekecil itu cukup untuk apa?

Sementara panitia harus membayar sewa lapangan plus perawatannya. Belum lagi membayar petugas kebersihan, keamanan, konsumsi dan yang lainnya. Yang harus diketahui, selama ini uang tiket tak cukup untuk membayar biaya operasional pertandingan kandang. Tak jarang, pemilik klub akhirnya merogoh kocek pribadi.

Jika situasi seperti ini dibiarkan berlanjut. Bukan tidak mungkin suatu hari nanti Mitra Kukar bakal tenggelam. Sebab, siapa yang akan sanggup mengurus tim tanpa ada timbal balik dari masyarakat.

Oke, saya percaya CEO Mitra Kukar, Endri Erawan pasti sanggup menghidupi tim ini dengan kekuatan finansialnya. Ada Roni Fauzan yang juga siap membantu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Nur Anisa Hasrat Berikan yang Terbaik

Senin, 22 April 2024 | 13:45 WIB

Layar Kaltim Pantang Terlena

Senin, 22 April 2024 | 12:45 WIB

Menang di Shanghai, Ini Kata Max Verstappen

Senin, 22 April 2024 | 10:10 WIB

Tinjau Langsung Perkembangan Atlet

Sabtu, 20 April 2024 | 17:10 WIB

Serasa Membalap di Atas Es

Sabtu, 20 April 2024 | 14:35 WIB

“Bukan Saya yang Indisipliner”

Jumat, 19 April 2024 | 16:00 WIB

KBL Kembali Digulirkan Akhir Pekan Ini

Jumat, 19 April 2024 | 15:00 WIB

Ingin Gelar Kejuaraan Paralayang Dunia di Kotabaru

Jumat, 19 April 2024 | 14:30 WIB

Karate Fokus Mengasah Psikis

Selasa, 16 April 2024 | 11:30 WIB

Duka Olahraga Kaltim, Polo Berpulang

Selasa, 16 April 2024 | 10:50 WIB
X