Jadi Gaya Hidup, Vape Dorong Pendapatan Cukai

- Kamis, 23 Januari 2020 | 14:13 WIB
ilustrasi
ilustrasi

BALIKPAPAN – Pengguna vape atau rokok elektrik di Bumi Etam sudah menjadi gaya hidup masa kini. Hal tersebut menyumbang kontribusi cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kalbagtim. Realisasinya bahkan melebihi target. Yakni mencapai Rp 1,4 miliar, melebih target hingga 206,31 persen atau senilai Rp 679,1 juta. Kontribusi terbesar dari cukai adalah produk cairan vape.

Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan Internal dan Layanan Informasi Kanwil DJBC Kalbagtim, Arief Rahman mengatakan, semenjak likuid dari rokok elektrik dikenai cukai, wilayah kerja Kalbagtim baru bisa melakukan penerimaan dari cukai.

“Sebelumnya kami tidak ada pungutan cukai. Karena di wilayah kerja kami tidak ada pabrik rokok atau minuman keras. Ketika likuid vape diproduksi, baru kami mulai ada penerimaan. Karena, di Samarinda dan di Balikpapan ada pabrik pembuatan likuid tersebut,” jelasnya.

Menurutnya, penerimaan yang pihaknya cetak melebihi target. Artinya, pengguna vape ini terhitung tinggi. Bahkan berhasil mencatat hingga 206,31 persen. Adapun pungutan cukai baru dimulai tahun lalu. Awalnya di Samarinda dan setelah penelusuran ada pabrik likuid atau pembuatannya di Balikpapan. “Ada dua pabrik dan dari dua pabrik tersebut selama satu tahun kami berhasil pungut hingga Rp 1,4 miliar,” ujarnya.

Sedangkan untuk tahun ini, Agus berharap bisa mendapatkan cukai lebih banyak lagi dari rokok elektronik. Rokok elektronik mendapat cukai sebesar 57 persen. Sedangkan cukai untuk rokok bukan elektronik sebesar 10 persen.

Maraknya rokok elektronik yang akhirnya memiliki dampak dalam masyarakat menjadikan pemerintah mengambil pungutan cukai dari rokok elektronik. Likuid dalam rokok elektronik menjadi legal pada tahun 2018. Rokok elektronik adalah produk lain dari tembakau oleh karena itu likuid elektronik menjadi legal.

Rendy Wirawan, salah satu pengguna vape mengaku bisa menghabiskan satu likuid dalam waktu 1-2 minggu dengan kapasitas 250 ml. “Satu likuid sekitar Rp 200 ribuan, satu bulan kira-kira saya menghabiskan uang Rp 600 ribuan untuk likuid,” tuturnya. (aji/ndu/k18)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X