LUANDA– Gelar miliuner perempuan pertama asal Afrika yang dimiliki Isabel dos Santos ternoda di awal tahun. Ratusan dokumen mengenai praktik korupsi dan nepotisme yang dilakukan putri mantan penguasa Angola Jose Eduardo dos Santos tersebar.
Dokumen yang dibagikan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) kepada beberapa media massa itu diberi nama Luanda Leaks. Dosir yang terdiri atas 715 ribu surel, kontrak, dan audit menunjukkan cara kotor yang dilakukan Isabel serta suaminya, Sindika Dokolo, untuk memperoleh aset-aset berharga.
Salah satu contoh kasus adalah pembelian saham perusahaan energi asal Portugal Galp yang dimiliki BUMN migas Angola, Sonangol. Saham tersebut dibeli Isabel pada 2006. Namun, dia hanya membayar 15 persen. Sisa pembayaran sebesar 63 juta pound sterling (Rp 1,1 trilliun) dipecah sebagai pinjaman bunga rendah selama 11 tahun.
Saat ini saham Galp yang sudah diakuisisi Isabel mencapai 750 juta pound alias Rp 13,2 triliun. Sedangkan, pihak Isabel hanya menawarkan membayar penuh utang akuisisi kepada Sonangol tanpa mengindahkan bunga 9 juta pound (Rp 159 miliar). ”Transaksi itu sama sekali tidak menyalahi aturan. Keputusan itu justru menguntungkan perusahaan negara,” ungkap tim kuasa Isabel kepada BBC.
Kasus lainnya menyangkut perjanjian antara suami Isabel dan BUMN perhiasan Angola Sodiam. Seharusnya, rekanan untuk membeli saham di perusahaan perhiasan asal Swiss De Grisogono dibagi 50-50. Namun, justru Sodiam harus membayar USD 79 juta (Rp 1 triliun), sedangkan Dokolo hanya perlu membayar USD 4 juta atau Rp 54 miliar. Tanggungan Dokolo pun hilang karena dia meminta Sodiam membayarnya 5 juta pound atau Rp 88 miliar untuk jasanya mengegolkan perjanjian.
Parahnya, Sodiam sampai harus meminjam uang dari bank swasta untuk mengumpulkan uang investasi. Tentunya, bank yang memberikan utang kepada Sodiam merupakan perusahaan tempat saham Isabel paling besar. ”Sampai sekarang rakyat Angola belum mendapatkan untung satu sen pun dari kesepakatan itu. Saat utang kami selesai, Sodiam akan kehilangan USD 200 juta (Rp 2,7 triliun),” ungkap CEO Sodiam Bravo da Rosa.
Sementara itu, Isabel yang kini tinggal di Inggris terus menyangkal tuduhan tersebut. Saat Kejaksaan Angola membekukan asetnya bulan lalu, perempuan berusia 46 tahun itu menyalahkan rezim politik baru. Menurut dia, ini adalah balas dendam politik terhadap rezim ayahnya. (bil/c6/dos)