Kendala Pariwisata Masih Banyak

- Selasa, 21 Januari 2020 | 11:50 WIB
Kawasan wisata Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk, Berau.
Kawasan wisata Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-Biduk, Berau.

SAMARINDA- Upaya Pemprov Kaltim mengalihkan dominasi pertambangan batu bara dalam struktur ekonomi daerah ke pariwisata masih sulit terwujud. Pasalnya, sektor ini masih dihadapkan dengan berbagai kendala. Hal itu membuat pengembangan destinasi wisata di Kaltim belum maksimal. Dan kunjungan wisatawan sulit mencapai target.

Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Samarinda Wied Paramartha mengatakan, permasalahan pariwisata di Kaltim masih banyak. Seperti industri perhotelan yang dihadapkan dengan birokrasi yang berbelit. “Banyak aturan yang masih menyulitkan dunia pariwisata kita,” ujarnya (20/1).

Padahal dunia usaha membutuhkan kemudahan. Termasuk terkait regulasi, utamanya aturan mengenai investor. Kemudahan investor masuk ke Kaltim akan membuat dunia pariwisata berkembang lebih pesat. Sektor ini belum banyak dilirik karena regulasinya masih sulit. “Jika investor diberikan karpet merah, maka pariwisata lebih mudah berkembang,” katanya.

Selain kemudahan regulasi, permasalahan industri saat ini juga masih seputar sumber daya manusia (SDM). Diperlukan SDM yang berkualitas, di IHGMA sudah 80 persen tenaga kerja yang ada di hotel sudah melakukan sertifikasi kompetensi. Begitu juga asosiasi lain di dunia perhotelan harus melakukan itu.

“Sebab dalam era globalisasi saat ini semuanya terbuka lebar, kita tidak bisa menolak orang dari luar. Sertifikasi dibutuhkan agar seluruh SDM kita profesional dalam dunia pariwisata,” tutupnya.

Bersamaan, Sekretaris Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kaltim Muhammad Zulkifli mengatakan, ada beberapa hal yang diperlukan dalam mengembangkan pariwisata. Yang pertama dari pengembangan kelembagaan, yaitu pemerintah terkait anggaran perluasan pariwisata.

Setelah kelembagaan, ada pengembangan destinasi lalu pengembangan industri atau pelaku usaha. Terakhir pengembangan promosi. “Beberapa hal ini memang harus berjalan bersama untuk perkembangan pariwisata, jika satu saja susah maka sulit berkembang pariwisata kita di Kaltim,” jelasnya.

Dia mengatakan, masalah pariwisata Kaltim memang tidak lepas dari infrastruktur yang minim. Sehingga perjalanan pariwisata lebih mahal, sebab masih kurangnya pendukung seperti akses yang baik. Banyak destinasi wisata di Kutim, Mahulu, dan lainnya. Namun untuk menuju ke sana membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. “Sehingga perbaikan empat pilar tadi yang dibutuhkan Kaltim,” pungkasnya.

Senada, Ubadin Hendro Sudaryono, staf Dinas Pariwisata Kaltim mengatakan permasalahan yang dirasakan dunia pariwisata sudah coba ditangani. Salah satunya pengembangan SDM pada sektor industri pariwisata. Melalui dana kementerian pariwisata, telah mengalokasikan khusus kompetensi tenaga kerja industri pariwisata.

Memang ada empat pilar pariwisata yang sedang fokus dilakukan, pertama peningkatan daya saing industri, peningkatan aksesibilitas, amenitas dan atraksi, ketiga peningkatan SDM, terakhir penguatan citra pariwisata melalui promosi. “Salah satu yang terus dilakukan adalah penguatan citra pariwisata,” jelasnya.

Menurutnya, setiap tahun pariwisata Kaltim terus berkembang. Destinasi ke Berau terus menjadi idola. Pihaknya yakin dengan dibukanya Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto pariwisata Kaltim bisa jauh lebih baik. Sebab sudah ada dua bandara yang beroperasi di Bumi Etam. “Apalagi destinasinya mendukung dengan penerbangan langsung ke tempat wisata seperti Maratua,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Perlu Inovasi

PEMPROV Kaltim harus dituntut kerja lebih keras dalam mengembangkan pariwisata. Sebab realisasi kunjungan wisatawan tahun lalu hingga Oktober masih jauh dari target.

 

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X