JAKARTA- Penculikan lima orang WNI di Perairan Sabah, Malaysia Kamis (16/1) membuat pemerintah Indonesia merasa heran. Sebab, belum lama mereka berhasil membawa pulang WNI yang diculik Kelompok Abu Sayyaf dari Perairan Sabah, sudah ada lagi WNI yang diculik dari daerah yang sama. Merujuk kasus terdahulu serta informasi yang sudah diterima, Menko Polhukam Mohammad Mahfud MD memastikan, Kelompok Abu Sayyaf yang berada di balik penculik lima WNI itu.
Kepastian tersebut disampaikan oleh Mahfud ketika ditanyai oleh awak media di kantornya kemarin (20/1). "Penculiknya sama," kata dia tegas. Karena itu, dia juga merasa ada yang aneh. "Itu kan aneh juga baru bebas tiga (WNI) diambil lima," lanjutnya. Hanya, pemerintah juga tidak bisa gegabah menyikapi keanehan tersebut. Daerah operasi Kelompok Abu Sayyaf menculik WNI ada di Malaysia. Sehingga harus ada dialog lebih dulu sebelum pemerintah bertindak.
Sejatinya, Mahfud mengakui, pemerintah sudah punya ide merekomendasikan kepada otoritas Malaysia supaya mereka membuat aturan yang melarang pelayaran nelayan di Perairan Sabah. "Itu salah satu pemikiran," imbuhnya. Bila tidak demikian, dikhawatirkan penculikan WNI oleh Kelompok Abu Sayyaf terulang lagi. Diakui Mahfud, kelompok yang berbasis di Filipina itu memang sumber masalah dalam sejumlah kasus penculikan yang terjadi di Perairan Sabah.
Karena itu, perlu juga mencari jalan agar kelompok tersebut bisa ditumpas. Lantas bagaimana nasib lima WNI yang belum lama diculik? Mahfud menyampaikan bahwa dirinya akan membahas itu bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno L. P. Marsudi. "Ini kan masalah keamanan di laut dan lautnya kan bukan laut Indonesia," imbuhnya. Saat dikonfirmasi terkait perkembangan upaya membebaskan lima WNI itu, Kemenlu belum bisa memberi banyak informasi.
Plt Juru Bicara (Jubir) Kemenlu Faizasyah hanya menjawab singkat pertanyaan yang diajukan Jawa Pos. "Belum ada perkembangan," ungkap dia. Identitas lima WNI yang diculik maupun tiga WNI yang sengaja dilepas juga belum diungkap kepada publik.
Faiza mengimbau para nelayan yang biasa mencari ikan di perairan tersebut untuk tidak melaut untuk mencegah terulangnya kasus penculikan. Kepada calon pekerja migran Indonesia yang berangkat ke luar negeri harus sesuai prosedur. “Hal tersebut menyangkut pendokumentasian sehingga buruh migran lebih bisa terdata dan terlindungi,” katanya.
Sementara itu, bagi pekerja migran Indonesia sebagai awak kapal yang beroperasi di wilayah perairan Sabah agar tidak bekerja. Karena alasan keamanan. Dari penculikan WNI yang berulang tersebut, Direktur Eksekutif Migrant CARE Wahyu Susilo menyebut, pemerintah seolah tidak menganggap penting faktor-faktor keamanan dan keselamatan pekerja. Khususnya yang selama ini mencari rezeki di daerah perbatasan. Persis seperti nelayan Indonesia yang diculik saat mencari ikan memakai kapal berbendera Mayalsia.
Menurut Wahyu, pemerintah seharusnya memerhatikan hal itu. "Perwakilan RI atau pun pengguna jasa (pekerja migran Indonesia) abai pada soal kerentanan baru yang dihadapi oleh pekerja migran di wilayah konflik," terang dia kepada Jawa Pos. Keterangan itu disampaikan lantaran dia menilai Kelompok Abu Sayyaf yang menyasar WNI di Perairan Sabah merupakan buah dari persoalan radikalisme yang belum tuntas diselesaikan oleh otoritas Filipina. Sehingga daerah operasi mereka dinilai sebagai area konflik oleh Migrant CARE.
Untuk itu, Wahyu menyampaikan, seharusnya pemerintah melihat dan menyadari bahwa saat ini kerentanan yang dihadapi pekerja migran Indonesia di luar negeri bukan cuma terkait dengan majikan. "Tapi, persoalan keamanan regional dan ancaman dari kelompok-kelompok bersenjata di wilayah konflik," harapnya. Selain itu, dia juga menambahkan, ke depan upaya untuk membebaskan WNI yang diculik Kelompok Abu Sayyaf lebih efektig. Sehingga penculikan tidak terulang lagi. "Serta memastikan pekerja migran untuk tidak dipekerjakan di wilayah konflik," tambah dia. (han/syn)
///
Konfirmasi Lima WNI Diculik Abu Sayyaf