Patahkan Stigma Buruk dengan Prestasi

- Selasa, 21 Januari 2020 | 10:42 WIB
JUARA: Meski baru setahun, Melinia Resma Anjani sudah berhasil menjadi salah satu pro-player PUBG perempuan Samarinda. Deretan gelar juara mulai turnamen daerah hingga nasional berhasil dia raih.
JUARA: Meski baru setahun, Melinia Resma Anjani sudah berhasil menjadi salah satu pro-player PUBG perempuan Samarinda. Deretan gelar juara mulai turnamen daerah hingga nasional berhasil dia raih.

Kerap adanya kesenjangan dalam dunia game, membuat perempuan dipandang sebelah mata. Terlebih dalam dunia e-Sport. Kendati demikian, Melinia Resma Anjani mematahkan stigma tersebut. Baru setahun menjadi atlet, dia memenangkan turnamen daerah hingga tingkat nasional.

 

PEREMPUAN kelahiran 2000 ini merupakan satu dari dua atlet e-Sport pro-player perempuan Samarinda. Dialah Melinia Resma Anjani. Melin, begitu teman-temannya menyapa. Keahliannya adalah bermain Player Unknown’s Battlegrounds (PUBG). Perihal sejak kapan bermain, Melin mengaku baru mencoba permainan ini pada 2019 awal. Tidak perlu waktu lama untuk dirinya menguasai PUBG.

“Saya baru main awal tahun lalu. Pertama kali lihat teman main, habis itu merasa, ih kok seru ya, akhirnya saya unduh aplikasinya dan itu jadi awal mula saya candu sama PUBG,” tuturnya saat diwawancara, Selasa (14/1). Meski pendatang baru, namun keahliannya terus meningkat. Berawal dari hobi, Melin kemudian meraih beberapa gelar juara dalam turnamen yang kerap diadakan di Samarinda. Hingga pertengahan 2019, keahlian Melin dilirik komunitas e-Sportnasional dan direkrut menjadi anggota.

-

KESENJANGAN: Kerap merasakan pahitnya dipandang sebelah mata. Melinia Resma Anjani mengimbau gamer perempuan untuk tetap menjaga personality dan integritas diri. Sebab, dua hal tersebut menjadi modal utama agar tidak diremehkan lagi.

“Awalnya emang enggak nyangka, apalagi Onic.esports itu tingkat nasional, punya track record baik dalam mengantarkan anggotanya menjuarai setiap turnamen. Saya anggap itu sebagai satu kehormatan, dan akhirnya saya setuju bergabung,” tambahnya. Baru enam bulan Melin bergabung, dia dan tim berhasil meraih juara dua dalam turnamen PUBG tingkat nasional yang diadakan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten pada Oktober 2019.

“Wah senang rasanya, baru pertama masuk sudah bisa menyumbangkan gelar juara. Sejak itu rasanya ingin selalu mengasah kemampuan terus-menerus, karena enggak cuma mencatat prestasi, saya juga dapat hadiah yang nilainya cukup besar,” ujarnya bersyukur. Melin tambah bersyukur tatkala yang dia lakukan saat ini hanya bermodal rasa suka tanpa paksaan. Dia pun menilai, uang dan prestasi yang didapatkan merupakan bonus dari hobinya itu.

Perempuan berdarah Banjarmasin tersebut mengaku dalam seminggu ada jadwal wajib latihan yang telah ditetapkan komunitas. Setiap malam mulai Senin hingga Jumat. Namun, dia tak keberatan menanggapi jadwal tersebut, bahkan Melin menuturkan bisa bermain dari malam hingga pagi.

“Ya namanya sudah candu, susah juga sih setopnya. Merasa seru dan terus tertantang, akhirnya main terus sampai enggak nyadar langitnya sudah cerah saja,” ungkapnya seraya tertawa. Namun, bukan masalah kemampuan yang jadi keluhannya. Melainkan stigma orang kebanyakan yang menganggap perempuan minim kesempatan dalam dunia e-Sport.

Melin pernah mengalami kesenjangan itu, tatkala dirinya disoraki di venue perlombaan sesaat sebelum turnamen di Samarinda. Sekumpulan lelaki yang meneriaki dirinya dan timnya mengatakan jika mereka hanya buang-buang waktu saja karena pada akhirnya akan kalah juga. “Saya juga lupa kapan, tapi gerombolan cowok-cowok itu terus teriak sampai kita main. Pas main saya dan tim diteriaki “mati aja woy”. Enggak gentar dong, sampai akhirnya saya dan tim yang menang,” jelasnya.

Salah satu masalah serius dalam e-Sportbagi gamer perempuan adalah pelecehan. Bukan dalam bentuk objek seksual, namun banyak pemain langsung underestimate jika di tim mereka ada gamer perempuan. Melin membenarkan bahwa stigma masyarakat yang kerap terpatok pada pemikiran penampilan saja, namun nol dalam keahlian. Sehingga beberapa perempuan yang memang benar-benar berdedikasi di e-Sport jadi ikut disamaratakan dengan sudut pandang seperti itu. Hingga akhirnya dedikasinya pun tak pernah dipandang.

“Kalau saya sih tutup telinga, enggak usah banyak berbicara, tunjukin saja kalau saya emang punya keahlian dengan cara kerja keras memenangkan turnamen. Saya yakin, itu sudah cukup buat mereka diam,” ujarnya. Melin yang kerap merasakan pahitnya dipandang sebelah mata mengimbau gamer perempuan untuk tetap menjaga personality dan integritas diri. Sebab, dua hal tersebut menjadi modal utama agar tidak diremehkan lagi. (*/nul*/rdm2/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X