SAMARINDA–Gerbang masuk Desa Budaya Pampang kini tampak bagus setelah mengalami kerusakan pada awal 2019. Perbaikan kerusakan yang terjadi tetap melibatkan masyarakat Pampang. Pembangunan pintu masuk desa wisata tersebut dilakukan selama lima bulan dengan menelan dana dari APBD murni Rp 900 juta.
Untuk menarik minat wisatawan, gerbang Desa Budaya Pampang dipoles dengan khas suku Dayak. Modelnya tidak jauh berbeda dengan gerbang lama. Kayu ulin masih menjadi fondasi atap gerbang. Beberapa kali, orang singgah untuk mengabadikan momen ketika hendak masuk ke wisata budaya tersebut. "Bagus," ujar Anisa, perempuan yang tengah menikmati masa libur bersama kekasih.
Desa Budaya Pampang sudah dikenal oleh masyarakat Kaltim sejak 1960-an dan diresmikan sebagai wisata budaya pada 1991 oleh Gubernur Kaltim M Ardans. Sebelum gerbang masuk tersebut dirombak total. “Dulu ditabrak truk. Jadi, kami dapat arahan langsung untuk memperbaiki gerbang," ujar Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Samarinda Cecep Herly kepada Kaltim Post, beberapa waktu lalu.
Arahan tersebut langsung diberikan Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang. Dia mengatakan, gerbang menjadi sebuah identitas untuk mengetahui batas wilayah. Apalagi guna menunjukkan lokasi wisata. "Kami hanya berusaha untuk membuat gerbang tersebut menarik warga masuk dan desainnya tak melupakan kebudayaan yang ada," tambahnya.
Dia mengatakan, sangat wajar jika pintu masuk Desa Budaya Pampang dirancang dengan nilai arsitektural yang berbeda. Hal itu harus diolah agar pintu masuk dapat mencerminkan apa yang ada di dalam. Ukiran serta beberapa ornamen lain harus berbau kebudayaan yang ada. "Bahkan, kami harus berkali-kali konsultasi dengan kepala adat," jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, PPK Gerbang Desa Budaya Pampang Suprayogi menambahkan, pembangunan pintu masuk tersebut membutuhkan proses panjang. Pihaknya telah mengusulkan pembangunan tersebut dalam APBD murni dan mulai dirancang sejak awal tahun lalu. (*/eza/kri/k8)