SAMARINDA–Sekitar empat tahun lalu, salah satu buffer zone yang dikenal sebagai Bukit Steling di Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, diwacanakan jadi tempat wisata. Seperti kawasan Puncak di Bogor. Bahkan, pemilik Hotel Mesra Samarinda sudah menawarkan konsep desain wisata tersebut ke Pemkot Samarinda.
Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Diperkim) Samarinda Dadang Airlangga mengatakan, saat itu selain konsep wisata jalan di Bukit Steling juga direncanakan dibuka seperti jalan ke Puncak Bogor itu. Jalur yang dibuka dari Jalan Sejati (dekat Kelurahan Sungai Kapih tembus ke Jembatan I (Jalan Lumba-Lumba).
“Namun, dari beberapa kali rapat belum ada mengeluarkan rekomendasi amdalnya,” ujar dia.
Wacana itu sepertinya tak bisa dipastikan akan bisa terlaksana, apalagi kawasan itu salah satu penyangga (lahan yang tidak dibangun dan dibiarkan sebagaimana aslinya). “Kawasan itu tampaknya akan dipertahankan semak ataupun hutan belukarnya. Tempat ini juga dijadikan tempat singgah limpahan air hujan,” ucap Dadang.
Saat curah hujan tinggi membuka kawasan itu dampaknya sangat besar, mulai erosi hingga longsor. “Jika dibuka yang terkena musibah warga di sekitar Bukit Steling ini seperti Jalan Otista, Jalan Gurami, dan Lumba-Lumba air hujan pasti meluber ke mana-mana,” jelasnya.
Menurut dia, Bukit Steling dari view-nya memang menjual mulai pemandangan Sungai Mahakam, Jembatan Mahkota II, Jembatan Kembar, serta Islami Center. Ada lagi permukiman yang lengkap dengan gedung tinggi yang jika malam hari sangat indah dipandang. “RTRW membuka lahan Bukit Steling ini juga belum ada, karena izin dari pemerintah provinsi hingga pusat. Kuncinya hanya di RTRW serta BLHD,” bebernya. (adw/kri/k8)