Berobat ke Johor, Jual Ikan ke Singapura dan Hongkong

- Sabtu, 18 Januari 2020 | 10:07 WIB
Nelayan dan warga Natuna.
Nelayan dan warga Natuna.

Di luar ketegangan di lautan, ada kedekatan antara warga Kepulauan Natuna dan negari jiran yang telah terjalin. Urusan kehidupan sehari-hari mereka lebih nyaman terhubung dengan negara-negara tetangga itu.

 

AGUS DWI PRASETYO, Natuna, Jawa Pos

 

Ali, 41, tekong (nakhoda) kapal rawai di Tanjung Kumbik Utara, Kecamatan Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau (Kepri), tengah berada di Johor, Malaysia, ketika Dedek Ardiansyah menghubungi melalui video call WhatsApp (WA). Dari layar ponsel, Ali tampak kurang sehat. Dia baru menjalani cek darah di salah satu RS ternama negeri jiran itu. ”Empedu batu tak jelas,” ujar dia dengan suara terbata.

Karena koneksi internet kurang bagus, komunikasi itu diakhiri Dedek. Sejurus kemudian, percakapan beralih ke sambungan telepon reguler. Dedek yang masih penasaran menanyakan kondisi relasi kerjanya tersebut. ”Sakit apa kau, Li?” tanya Dedek. ”Empedu batu,” jawab Ali mengulang.

Bukan karena gengsi jika Ali memilih berobat ke luar negeri. Tapi, karena merasa cocok. Sebelum ke Johor, Ali berobat ke salah satu RS di Surabaya. Namun, penyakitnya tak kunjung sembuh. Atas saran sejumlah kerabat, Ali ke Johor. Tentu, semua biaya dia tanggung mandiri karena kartu BPJS Kesehatan tak berlaku di sana.

Beberapa tekong lain yang kapal ikannya mangkal di depan rumah Dedek juga berobat ke Johor. Abeng salah satunya. Nakhoda kapal pancing rawai berkapasitas 20 gross tonnage (GT) asal Tanjung Balai Karimun, Kepri, itu sembuh dari penyakit kencing batu setelah berobat ke Johor. Abeng sebelumnya berobat di Ranai, ibu kota Kabupaten Natuna. Dia juga sudah menjajal RS di Kota Batam. Namun, semua tak membuahkan hasil. ”Dan waktu berobat di Johor langsung sembuh,” kata dia saat ditemui di pangkalan kapal nelayan Tanjung Kumbik Utara, Kecamatan Pulau Tiga Barat, Natuna.

Berobat ke Malaysia juga menjadi kebiasaan keluarga Dedek sejak bertahun-tahun. Bos kapal pancing rawai di Tanjung Kumbik Utara itu membawa semua anggota keluarganya berobat ke daerah yang terletak di selatan Semenanjung Malaysia tersebut. Yang paling baru, ayah tiri Dedek, Sabli, awal tahun lalu operasi kornea mata. Saat ini penglihatannya nyaris sembuh seperti sediakala. ”Kami senang ke Johor karena obatnya bagus,” tutur suami Siti Kumalasari tersebut.

Tradisi berobat ke Johor dilakukan warga lantaran fasilitas rumah sakit daerah yang belum lengkap. Dedek pernah punya pengalaman pilu. Kakak pertamanya, Norman, meninggal karena penanganan yang menurutnya kurang maksimal. ”Saat itu alat CT scan kepala tidak ada (di RSUD Natuna), padahal waktu itu abang merasakan ngilu sekali di kepala,” kata Dedek. ”Kalau sekarang kami nggak tahu, sudah ada atau belum (alat CT scan kepala, Red),” imbuh bapak dua anak itu.

Warga di Natuna –khususnya kalangan ekonomi menengah ke atas– menurut Dedek, memang lebih memilih berobat ke Johor. Meski, ironisnya, hingga sekarang mereka sulit menghafal nama rumah sakitnya lantaran berbahasa asing. ”Sebagian besar memang nggak hafal nama rumah sakitnya, yang penting sembuh,” terang Dedek, lantas tertawa.

Kedekatan Natuna dengan negara tetangga juga terbangun lewat hubungan bisnis ikan. Rodhial Huda, warga Pulau Tiga Barat, beberapa tahun terakhir memelihara ikan kerapu cantik di belakang rumah panggungnya. Ikan perkawinan silang antara kerapu cepak dan kerapu tiger itu laku dijual ke Hongkong melalui pengepul.

Saat ini 1.000 kerapu dipelihara pria yang sehari-hari berprofesi petugas sekuriti tersebut. Seekor ikan dengan berat 2 kg dihargai Rp 500 ribu. Sementara itu, ikan dengan berat 1 kilogram biasanya dibeli Rp 145 ribu. ”Kalau (ikan) sudah umur 2 tahun biasanya baru bisa dipanen,” terangnya.

Mayoritas warga di pesisir Pulau Tiga, Pulau Tiga Barat, sampai Sedanau yang ada di Natuna menggantungkan hidup dari bisnis jual beli ikan. Ikan-ikan itu diekspor pengepul. Paling banyak ke Singapura dan Hongkong. Ada pula yang dibawa ke Malaysia. Pemasukan dari bisnis tersebut amat menggiurkan. Sekali transaksi bisa ratusan juta rupiah.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X