SANGATTA–Puluhan pedagang menyebut merasa terbuang karena tidak mendapat lapak untuk berjualan di Pasar Induk Sangatta Utara. Hal itu dianggap berdampak ke omzet yang didapat kian merosot.
Salah satu pedagang yang takut menyebut namanya mengatakan, kejadian itu telah dialami selama sepekan terakhir. Dia dan sejumlah pedagang lain dipindahkan untuk berjualan di bagian paling belakang pasar.
"Pertama kami di depan, sudah ramai di sana, pedagang di depan mengeluh. Akhirnya, kami dipindah ke parkir mobil selama enam bulan. Terus tidak tahu kenapa sekarang dipindah lagi ke sini. Ya tambah tidak laku jualan kami. Padahal, kami beli juga dari petani lain," ungkapnya saat ditemui, (17/1). Biasanya, omzet yang diperoleh mencapai Rp 1–2 juta setiap harinya. Kini, turun drastis menjadi Rp 300–400 ribu per hari. Jika sayur yang dijual tidak laku karena membusuk, terpaksa harus membuang.
"Saya sudah dua tahun di sini, tapi tiga kali pindah. Kalau yang lain boleh jualan dalam gedung, kalau kami di sini kehujanan, kebanjiran, dan kepanasan. Malah pernah dapat cuma Rp 20 ribu sehari," tuturnya.
Kepala UPT Pasar Induk Buhori membenarkan adanya keluhan dari pedagang. Namun, dia telah menyampaikan jika pemindahan lokasi jualan akan dipusatkan sesuai zona jenis dagangan. Pasalnya, lokasi pertama yang digunakan para pedagang merupakan area parkir.
"Kami sudah pikirkan ke depan, mereka butuh tenda. Insyaallah tahun ini diadakan, kami sudah memetakan, pedagang tetap dulu diprioritaskan. Kalau ada sisanya yang di belakang baru dimasukkan ke gedung," paparnya.
Senada, Bupati Kutim Ismunandar menyampaikan mengupayakan Pasar Induk Sangatta Utara mampu menampung seluruh pedagang yang membuka lapak di ruas jalan raya. Juga, untuk Pasar Subuh, pemerintah akan membuatkan atap sesuai keinginan pedagang. "Kalau perlu jangan bayar dulu, yang penting masuk. Jangan ada yang jualan sepanjang jalan. Saya sudah minta Satpol PP mengawasi," tandasnya. (*/la/dra/k8)