PEMBEBASAN lahan yang tidak kunjung beres membuat fasilitas penunjang SMP 38 Samarinda juga terbengkalai. Di antaranya, listrik dan air bersih tak dapat mengalir.
Pemkot pun sulit bertindak karena tidak tahu di mana akan menancapkan tiang. Untung pihak sekolah bisa mengakali soal setrum. Kepala SMP 38 Ni’mah mengatakan, listrik yang dipasang Senin (13/1) adalah hasil perundingan dengan PLN Tengkawang.
“Kami sendiri yang mengurus itu,” jelasnya saat mengawasi petugas PLN memasang kabel. Menurut dia, pihak sekolah bukan tak ingin menunggu pemkot mengerjakan akses masuk SMP 38. Namun, keluhan siswa dan guru membuatnya tidak tega.
Genset berkapasitas 4.500 watt sering mati bahkan telah rusak satu kali. Ongkos perbaikan tak sedikit, Rp 1,5 juta ditambah Rp 100 ribu untuk minyak agar terus menyala tiap hari kerja.
Pemasangan jaringan listrik tak gratis. Rp 5,5 juta harus dibayar dari dana bantuan operasional sekolah nasional (bosnas). Ni’mah menjelaskan, pemasangan setrum telah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda. “Mereka mengizinkan dan mendukung,” ungkapnya.
Di lokasi yang sama, Alung dari PLN Tengkawang mengatakan, panjang kabel 400 meter. Meteran dipasang di tiang listrik yang berada di Jalan Jakarta 2. Opsi itu diambil karena jika kabel setrum putus tak membahayakan siswa.
Alung memastikan aliran listrik dapat mengalir lancar paling lambat Rabu (15/1). “Besok (hari ini) kami akan periksa dulu. Rabu kemungkinan lancar,” singkatnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin membenarkan telah memberi izin pemasangan aliran listrik di SMP 38. Soal penggunaan uang bosnas tersebut, Asli juga telah mempersilakan pihak sekolah. “Silakan saja, tinggal airnya aja,” jelasnya.
Terkait ujian yang bakal dilakukan, dia mengatakan akan menumpang di SD 16. Pasalnya, ujian yang akan digelar merupakan ujian online sehingga harus mencari sekolah yang memiliki fasilitas komputer. (*/eza/kri/k8)