Jujitsu belum terdaftar sebagai anggota KONI Kaltim. Meski begitu, siapa sangka eksistensinya di Bumi Etam sudah berlangsung sejak era 1980-an.
PERTAMA diketahui eksistensi jujitsu bermula di Bontang. Pelatih asal Ponorogo, Jawa Timur, bernama Iwan Setyowiyadi, yang memperkenalkannya. Setelah mekar di Kota Taman, penggemar dan penggiat cabang olahraga (cabor) asal Jepang itu pun meluas. Beberapa tahun kemudian, diketahui para penggiat dari Bontang membawanya ke Samarinda.
Kisah singkat itu diceritakan Dwie Kurnia, salah satu penggiat cabor bela diri tersebut. Eksistensi jujitsu di Kota Tepian dibawa dua pelatih bernama Waris dan Saptoko Dedi Widi. Hampir sedekade kemudian, geliat jujitsu di ibu kota provinsi dipusatkan di kawasan Bukuan, Palaran, oleh Choirul Huda. "Mereka bertigalah yang mempelopori perkembangan jujitsu di Samarinda," ujarnya.
Belasan tahun berkembang di pinggiran, jujitsu mulai merambah ke pusat kota pada 2012. Dwie bersama Saptoko kemudian menggunakan gedung Behemas di kompleks GOR Segiri sebagai dojo alias tempat latihan. Dari sana, sederet prestasi mereka lahir. Hanya, usia pakai mereka di sana tidak lama. Pada 2018 hingga kini mereka berlatih di lantai 3 Gedung Satpol PP Samarinda.
Eksistensi itu coba mereka kukuhkan dalam kepengurusan. Saat ini sudah ada lima daerah yang mendirikan pengurus cabang Institut Jujitsu Indonesia (IJI). Yakni Balikpapan, Samarinda, Kukar, Kutai Timur, dan Bontang. Di Samarinda, Saptoko menjadi ketua pengurus kota (pengkot). Saat ini, mereka tengah mengupayakan pembentukan pengurus provinsi (pengprov) dengan mendaftarkan diri ke KONI Kaltim. “Sudah diurus, tinggal menunggu jawaban dari KONI saja lagi,” pungkas dia. (*/ela/ndy/k16)