Sejak KKN di Desa Penari diumumkan bakal diangkat ke layar lebar, para pembaca utas itu memberikan respons yang beragam. Ada yang ragu, ada yang excited. Apa pun itu, banyak yang nungguin film tersebut tayang tahun ini.
”INI masih berlangsung, sekarang sudah hari ke-26 (syuting, Red). Masih di Jogjakarta,” ucap sutradara Awi Suryadi saat dihubungi kemarin sore (12/1). Sutradara trilogi Danur itulah yang menerima tanggung jawab untuk mengarahkan adaptasi utas KKN di Desa Penari. Awi mengungkapkan, syuting berjalan sejak bulan lalu. Sebagai penulis naskah, ada Lele Laila, yang menggarap Danur.
Awi menargetkan syuting selesai 20 Januari mendatang. ”Sebenarnya bisa lebih cepat. Tapi, lokasi syuting kami cukup menantang. Kadang hujan deras sama longsor,” bebernya. Selama hampir sebulan, syuting diadakan di hutan pinus Bantul serta Dusun Luweng dan Giriwungu di Gunungkidul. Karena syuting dilakukan di musim hujan, cuaca dan kondisi alam menjadi hambatan terbesar.
Hutan dan desa dipilih untuk mempertahankan elemen penting dari kisah yang awalnya ditulis pemilik akun Twitter SimpleMan itu. Tim produksi mencari hutan yang jarang dikunjungi dan dusun terpencil untuk memperkuat kesan desa misterius. Sebagaimana yang dikunjungi enam mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) di cerita yang viral menjelang akhir 2019 tersebut.
Soal konsep cerita, tidak akan ada perbedaan signifikan antara versi utas dan film. Jalan cerita dan alur tetap sama. Tentang enam mahasiswa yang menjalani program KKN di desa mistis dekat hutan. Namun, dua di antara mereka melakukan tindakan tak pantas sehingga mengancam keselamatan. ”Rencananya sih nanti 17+ (rating-nya),” jelas Awi.
Dia sudah berdiskusi dengan SimpleMan sebagai penulis utas. Si penulis –yang enggan disebutkan identitasnya oleh Awi– meminta agar ide dan orisinalitas cerita dipertahankan. Sembilan puluh persen mirip. Kalaupun ada yang diubah atau ditambah, hal tersebut dilakukan untuk menjaga kontinuitas film. Selebihnya, penonton akan menyaksikan hal-hal yang mereka baca di utas dalam bentuk visual.
Alur cerita dirancang linear maju dengan menggabungkan sudut pandang Widya dan Nur, dua tokoh yang menjadi fokus utama cerita. Karakter Widya, Nur, dan yang lainnya akan lebih hidup karena diperankan oleh aktris. ”Beberapa penduduk desa juga dapat porsi yang lebih banyak. Misalnya Pak Prabu yang diperankan Kiki Narendra,” tambah sutradara kelahiran Lampung itu.
Cast juga telah diumumkan. Sebagai Widya dan Nur, ada Adinda Thomas dan Tissa Biani. ”Bisa dibilang 95 persen itu adegannya Nur,” kata Tissa saat dihubungi. Tissa mengatakan, saat cerita KKN tersebut viral, dirinya tidak terlalu tahu. Dia baru membaca novelnya setelah mendapatkan peran tersebut. ”Aku juga (ikut) workshop menari dua minggu,” terangnya.
Selain dua karakter utama, pemeran mahasiswa lainnya adalah Calvin Jeremy (Anton), Fajar Nugra (Wahyu), Aghniny Haque (Ayu), dan Achmad Megantara (Bima). Calvin yang sedang menjalani syuting di Jogjakarta melakukan penyesuaian fisik untuk berperan sebagai Anton. ”Ini sampai numbuhin kumis sama jenggot. Anton kan ceritanya mahasiswa abadi yang belum lulus-lulus, he he,” ujar cowok yang juga berperan di Terlalu Tampan itu.
Karakter Anton nantinya berperan sebagai pemberi unsur komedi. ”Jadi, filmnya nggak melulu soal horor,” kata musisi 28 tahun itu. Karakter Anton akan mengalami banyak pengembangan. ”Dia santai dan laid back. Tapi, nanti akan digambarkan lebih ekspresif dan logis alias nggak tahu apa-apa soal hal gaib,” jelas Calvin.
President Director MD Pictures Manoj Punjabi selaku produser menyatakan bahwa pihaknya ingin merilis film horor dengan sentuhan baru sekaligus berasal dari hal yang sudah viral. ”Ini (utasnya, Red) sudah dibaca banyak orang, viral, dan ceritanya detail banget. Saya pengin ada versi visualnya yang lebih menarik,” kata Manoj saat dihubungi.
Karena itu, pihaknya tak mau setengah-setengah. Ada informasi yang menyebutkan bahwa biaya produksi film yang dijadwalkan tayang Maret mendatang tersebut mencapai kisaran Rp 15 miliar. Manoj membenarkan hal itu.
Sebagian besar bujet tersebut, terang pengusaha yang sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di industri hiburan itu, dialokasikan untuk production value. Harapannya, penonton bisa mendapatkan sajian film yang believable sekaligus memanjakan mata, di samping cerita dan karakter yang kuat.
Manoj mencontohkan penggunaan kamera. Agar mendapatkan gambar atau view yang lebih lebar dalam sebuah adegan, tim produksi menggunakan lensa anamorfik. ”Itu supaya bisa dapat real feel dari lokasi syuting,” katanya. Penggunaan CGI (computer-generated imagery) juga diminimalkan agar kesan realistis lebih tercapai.
Untuk set, juga diperlukan dana yang tak sedikit. Tim produksi harus membuat properti seperti gapura hingga membangun sinden (kolam) semirip mungkin dengan yang dipaparkan di utas. ”Dari segi art memang kami push banget,” ungkap Manoj. (len/c11/jan)
Trivia
1. Sebagai pemeran Badarawuhi, ada aktris Aulia Sarah. Finalis Gadis Sampul 2005 itu terpilih berkat kemampuan menari sekaligus aktingnya.
2. Agar lebih sesuai dengan latar cerita sebuah desa di Jawa Timur, Awi Suryadi meminta agar semua cast bisa berdialog dengan bahasa atau dialek Jawa Timuran. ”Ada coach khusus yang stand by di lokasi untuk mengarahkan dialog mereka,” kata Awi.
3. Sutradara awalnya ragu kalau Achmad Megantara bisa menjadi sosok Bima. ”Pas saya ngarahin dia di Catatan si Boy, itu karakternya beda dan saya belum bisa nemuin sosok Bima di Megantara. Tapi, lama-lama bisa muncul juga,” ungkap Awi.
4. Penulisan dan reading KKN di Desa Penari bisa dibilang sangat singkat. Naskah selesai pada Oktober, penunjukan cast dan reading pada November, dan syuting dimulai pada awal Desember 2019.
5. Agar lebih mirip versi utas, Awi Suryadi, Lele Laila (penulis naskah), dan tim produksi sudah mencatat apa saja yang diinginkan netizen untuk ada di versi filmnya. ”Masak ada yang bilang harus ada adegan Ayu dan Bima bercumbu, haha. Itu kan penyebab konfliknya,” canda Awi.