Kenali Toxic Relationship, Merasa Dicintai, tapi Tak Bahagia

- Senin, 13 Januari 2020 | 12:04 WIB
TIDAK BAHAGIA: Terlalu lama terjebak dalam toxic relationship akan membuat Anda kehilangan jati diri. Kenali tanda-tandanya, segera bertindak agar Anda tidak dirundung kesepian. (PEXELS.COM)
TIDAK BAHAGIA: Terlalu lama terjebak dalam toxic relationship akan membuat Anda kehilangan jati diri. Kenali tanda-tandanya, segera bertindak agar Anda tidak dirundung kesepian. (PEXELS.COM)

BANYAK orang menganggap kebahagiaan tidak memiliki tolok ukur pasti. Hanya kita yang tahu apa yang bisa membuat bahagia. Dalam hubungan yang pasti pun, tidak menjamin kebahagiaan. Bisa saja salah satu pasangan mengalami hubungan tidak sehat atau lebih dikenal dengan toxic relationship.

Lisda Sofia selaku psikolog menjelaskan, toxic relationship merupakan suatu kondisi yang menujukkan bahwa hubungan tersebut “beracun”. Layaknya lubang hitam, toxic relationship bisa membawa Anda jatuh dalam sekali sampai tidak sadar kapan harus menarik diri. “Seperti jebakan rasanya. Sebab, beberapa orang kebanyakan tidak sadar kalau berada dalam toxic relationship. Yang diketahui hanya dia tidak bahagia dalam hubungan yang dijalani,” jelasnya.

Lisda menambahkan, hubungan tak sehat itu mestinya tak dilanjutkan. Sebab, akan membuat salah satu pihak terbebani dan tak bahagia. “Banyak pertanda. Berubahnya kebahagiaan menjadi suatu beban. Atau terhambatnya aktivitas sehari-hari karena sibuk mengurusi hubungan juga bisa menjadi salah satu gejala,” tambahnya.

Selain itu, Anda tidak dapat menjadi diri sendiri. Merasa harus selalu menjaga sikap, memerhatikan perlakuan, hingga ucapan. Beberapa orang juga merasa takut ketika melakukan kesalahan hingga menjadi tak terbuka dan memilih diam. “Biasanya orang seperti itu khawatir akan reaksi yang timbul dari pasangan. Entah berupa cemooh, direndahkan, diremehkan, atau bahkan dilarang tanpa mengerti perasaan si pasangan,” ungkapnya.

Anda merasa membutuhkannya, pasangan membuat merasa disayangi dan dicintai. Namun, anehnya hubungan itu tidak membuat Anda tenang dan nyaman, apalagi bahagia. Selalu ada kecemasan saat Anda melakukan kesalahan. Khawatir dia meledak, kecewa, menyakiti dirinya sendiri karena kesalahan Anda.

Akhirnya, dari sikap tersebut membuat Anda merasa setiap masalah yang muncul dalam hubungan, Anda penyebabnya. Padahal dalam hubungan manapun tidak ada pihak yang “paling” bersalah dalam segala sesuatu. “Lama-lama Anda jadi seseorang yang tidak memiliki identitas. Biasanya malas bergaul karena sudah terlalu lelah menghadapi konflik dalam hubungan beracun. Bahaya banget, jadi penting untuk bertindak sebelum Anda terlalu jauh melangkah,” imbaunya.

Lisda berpendapat, hal paling menyakitkan dari menjalani toxic relationship adalah kehilangan rasa percaya diri. Hubungan ini seperti dementor yang menyedot energi baik. “Herannya, beberapa orang merasa selalu ada ketakutan saat ingin keluar dari hubungan racun. Misal terbayang rasa lelah saat harus memulai hubungan lagi. Sampai membuat mata seperti tertutup jika di luar sana banyak yang bisa jadi lebih baik, lebih membangun dan jauh dari kata menyakiti,” tambahnya.

Tak banyak tips yang diberikan Lisda untuk membuat seseorang bisa melepaskan jeratan toxic relationship. Semua kembali pada diri masing-masing. Lisda menyarankan, jika sudah merasa hubungan yang dijalani beracun, jangan pertimbangkan ulang keputusan untuk meninggalkan.

“Tinggalkan dan buat benteng di antara kalian, ungkapkan perpisahan kalian dan sebisa mungkin dalam waktu yang singkat karena semakin lama, kemungkinan besar keputusan bisa berubah-ubah,” jelasnya. Toxic relationship tidak membuat Anda lantas jadi seseorang yang gagal atau rusak. Proses menjalani toxic relationship malah bisa menguatkan untuk menghadapi banyak hal di masa depan. (*/nul*/rdm2/k16)

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Pertama Tanpa Virgion

Minggu, 17 Maret 2024 | 20:29 WIB

Badarawuhi Bakal Melanglang Buana ke Amerika

Sabtu, 16 Maret 2024 | 12:02 WIB
X