Tren Positif Harga TBS di Paser

- Senin, 13 Januari 2020 | 10:07 WIB
ilustrasi
ilustrasi

HARGA tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kabupaten Paser awal tahun ini membuat senyum petani tersungging. Salah seorang petani kelapa sawit di Desa Lempesu, Kecamatan Paser Belengkong, Darmansyah, mengatakan saat ini dia menjual TBS di loading ramp (pengepul) Rp 1.440 per kilogram. Angka ini sudah lumayan menguntungkan baginya karena mempunyai mobil angkut sendiri.

"Jika di pabrik di Kecamatan Kuaro di kisaran Rp 1.630. Namun, karena pabrik di dekat kebun kami sini di Desa Olong Pinang masih tutup, mau ke pabrik lokasi lain cukup jauh. Sehingga saya jual di loading saja," ujar Darmansyah, kemarin (12/1).

Petani mandiri tersebut menyebut, beberapa bulan terakhir harga sawit mulai naik setelah adanya program Biodiesel 30 (B30). Dia berharap harga ini bisa terus stabil mengikuti harga ketetapan pemerintah.

Terpisah Ketua Forum Petani Kelapa Sawit (FPKS) Kabupaten Paser Kanisius membenarkan harga TBS sudah di atas ketetapan pemerintah. Tren positif ini sudah terjadi sejak tahun lalu, saat petani berteriak mengeluh ke pemerintah. Namun, kondisi ini menjadi pertanyaan asosiasi, apakah imbas B30 atau karena harga crude palm oil (CPO) memang sudah naik. Saat ini para asosiasi meminta adanya terjalin kemitraan antara pabrik atau korporasi dengan para petani.

"Jika kemitraan ini terjalin, kenaikan harusnya dari dulu. Saat ini para petani belum puas jika kemitraan belum terjalin. Karena bisa saja suatu saat harga TBS bisa turun lagi karena masih di bawah kendali korporasi besar kelapa sawit," tutur Kanisius.

Pembina Asosiasi Kelapa Sawit (Apkasindo) Paser Matondang menambahkan, di provinsi lain seperti Sumatra, harga TBS sudah Rp 2.200 per kilogram. Meskipun diakuinya harga saat ini sudah menguntungkan para petani. Namun jika kemitraan tidak terjalin, ini tetap menjadi kekhawatiran para petani ke depannya.

"Padahal sudah jelas disahkan perda-nya oleh DPRD, ada apa dengan pemerintah. Ini yang menjadi pertanyaan kami. Mengapa sampai saat ini belum terjadi kemitraan. Kita berharap secepatnya janji pemerintah menegaskan perusahaan agar menjalin kemitraan, karena perusahaan bisa sesukanya kelak mengatur harga," terangnya.

Kenaikan di pabrik menurutnya terjadi juga karena faktor pabrik saat ini kekurangan buah. Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, M Yasin mengatakan akhir Desember 2019 lalu tepat pada ulang tahun Kabupaten Paser, diresmikan kerja sama kemitraan petani sawit dengan dua pabrik di Kuaro.

"Tahun ini pastinya akan ditindaklanjuti kembali oleh Dinas Perkebunan dan Peternakan yang awal Januari 2020 ini telah menjadi OPD baru. Sebelumnya berada di bawah Dinas Pertanian," kata Yasin.

Sebelumnya pada November lalu, eks Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Paser M Gunawan Syukur mengatakan, kemitraan di Paser yang sudah berjalan selama ini hanya untuk petani plasma dengan pabrik kelapa sawit (PKS). Untuk swadaya belum ada dan masih proses. Sebagian diakui prosesnya ada yang tenggelam. Pihaknya terus mengupayakan kemitraan ini bisa terjalin dengan berkomunikasi dengan para pabrik.

Ada 17 pabrik kelapa sawit di Paser. Namun, yang normal beroperasi hanya 13 karena keterpurukan kondisi harga TBS yang anjlok dan faktor lainnya. Dengan adanya kemitraan, ini akan menguntungkan kedua belah pihak.

"Ada dua pabrik yang sudah secara resmi bekerja sama. Namun untuk perjanjian lebih rinci dalam kerja sama tersebut ada yang belum ditandatangani semua pihak. Semisal penentuan harga jual dan persyaratan lainnya itu belum ditandatangani," kata Gunawan yang baru saja pindah ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Paser. (jib/far/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X