Menjaga Natuna dari Aktivitas Ilegal Kapal Ikan Asing

- Senin, 13 Januari 2020 | 00:31 WIB
KAYA AKAN HASIL LAUT: Pemandangan Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna.
KAYA AKAN HASIL LAUT: Pemandangan Pulau Tiga Barat, Kabupaten Natuna.

Semenjak menteri kelautan dan perikanan berganti, aktivitas kapal ikan asing (KIA) kembali marak di perairan Natuna. Namun, sepanjang masih ada “komandan” Dedek dan tim guard “swasta” di bawah arahannya, harapan itu selalu ada.

 

Cuaca di Laut Natuna, tepatnya di titik koordinat 4 Lintang Utara (LU) dan 109 Bujur Timur (BT), sebenarnya tak jelek-jelek amat. Namun, M Daud memutuskan pulang lebih “pagi” hari itu. Tekong (nakhoda) KM Pesona Mandiri itu meminta delapan anak buahnya berkemas lebih cepat. ”Hari ini kita nggak bisa kerja,” seru Daud.

Pesona Mandiri melaju ke arah barat daya, menuju Selat Lampa di Kecamatan Pulau Tiga Barat, Natuna. Berjarak puluhan mil dengan kecepatan penuh. Daud berpikir percuma berlama-lama di laut yang masuk wilayah Indonesia itu. Sebab, puluhan kapal berbendera Vietnam berukuran cukup besar telah “menguasai” perairan yang sejatinya menjadi “ladang” ikan mereka.

Dalam perjalanan pulang, Daud sesekali mendongak ke arah monitor sistem posisi global (global positioning system/GPS) yang terpacak di kompartemen atas stir perahu. ”Kapal-kapal itu jelas nangkap ikan di wilayah Indonesia,” pikirnya.

Sejurus kemudian, Daud meraih gagang telepon radio single-sideband modulation (SSB) untuk meng-update aktivitas kapal-kapal Vietnam itu. Suaranya cepat menyebar ke radio lain yang memiliki frekuensi sama.

Total ada lebih 10 kapal ikan asing (KIA) yang berekspansi di Laut Natuna siang menjelang sore itu. Kapal-kapal itu berukuran besar. Jauh lebih besar dari KM yang diawaki Daud. KIA itu juga dilengkapi beragam peralatan canggih; telepon satelit, radar angin, radar ikan, GPS, dan sebagainya. Kecepatan mereka pun di atas rata-rata kapal Indonesia.

Sembari terus mengendalikan kemudi, Daud sekilas tebersit pengalaman apes setiap kali bertemu kapal-kapal ikan asing. Paling membuatnya kesal adalah saat semua pancing rawai berkail mustad lengkap dengan bendera apung yang ditebar anak buah kapal (ABK) lenyap karena terjerat jaring trawl (pukat) ganda KIA. Kejadian yang membuatnya rugi besar itu terjadi beberapa tahun lalu.

Pukat ganda memang ancaman bagi semua nelayan Natuna. Pasalnya, alat tangkap yang umumnya selebar tiga kali ukuran lapangan sepak bola dan telah dilarang pemerintah sejak lama itu bisa dengan mudah mengeruk semua ikan di perairan. Baik ikan timbul (permukaan), semacam ikan tenggiri dan tongkol. Hingga ikan dasar, seperti ikan kakap merah, jahan, kurisi bali, dan kerapu.

Dalam batinnya, pengalaman pahit itu tak boleh terulang. Untuk sementara, pulang lebih baik ketimbang kehilangan rawai. Harus diakui, rawai lebih krusial baginya. Dan bagi delapan ABK yang ikut dalam rombongan penangkap ikan di pengujung Desember lalu itu.

”Tidak apa kita setengah hari saja kerja,” serunya kepada para ABK. Toh, di bagian lambung kapal tangkapan ikan sudah lumayan.

Di sisi lain, Sam, Boncil, Jon, Bacok, Iwan, Nur, Arifin, dan Buyung merapikan pekerjaan masing-masing. Seperti biasa, kedelapan ABK Pesona Mandiri itu bagi tugas. Ada yang mengecek ikan tangkapan di bagian lambung kapal. Sisanya gotong-royong menggulung tali rawai dan memastikan alat tangkap itu bisa digunakan kembali.

Gara-gara kapal Vietnam, hasil tangkapan hari itu tidak melimpah seperti biasanya. Daud dan timnya hanya dapat membawa 2 ton ikan. Padahal, situasi normal, mereka bisa membawa 3-4 ton sekali “nyangkul” di tengah laut. Tangkapan itu dibongkar di Selat Lampa untuk kemudian dijual ke Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau (Kepri).

”Kalau ada kapal Vietnam, kita nggak bakalan bisa kerja,” ucap Daud kepada Jawa Pos ketika ditemui di pangkalan kapal nelayan di Tanjung Kumbik Utara, Pulau Tiga Barat, Rabu (8/1). Cerita tentang merajalelanya KIA itu juga disampaikan kepada “komandan” Dedek, penanggung jawab pangkalan kapal ikan rawai tersebut.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X