Cerita-Cerita dari Negara yang Memindahkan Ibu Kota

- Senin, 13 Januari 2020 | 00:28 WIB
FENOMENAL: Kawasan Nurzhol Boulevard di Kazakhstan.DOAN WIDHIANDONO/JAWA POS
FENOMENAL: Kawasan Nurzhol Boulevard di Kazakhstan.DOAN WIDHIANDONO/JAWA POS

Banyak alasan yang mendasari pemindahan ibu kota. Tiap-tiap negara punya cerita. Kazakhstan, Malaysia, dan Indonesia punya perbedaan. Satu hal yang sama, mereka ingin ibu kota baru itu lebih baik daripada yang ditinggalkan.

 

DOAN WIDHIANDONO, Nur-Sultan

 

Astana; the heart of our country, the base of our independence.

Nursultan Nazarbayev

 

KUTIPAN dari mantan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev itu terpampang dalam film-film pendek yang diputar secara rutin di Museum Nasional Republik Kazakhstan di Nur-Sultan. Ya, di Nur-Sultan itulah Nazarbayev menanamkan warisannya. Nur-Sultan, ibu kota Kazakhstan, itu sendiri adalah warisan Nazarbayev.

Sejarah mencatat, Kazakhstan mendeklarasikan diri lepas dari Uni Soviet pada 16 Desember 1991. Sejak saat itu Nazarbayev –yang sudah menjadi orang kuat mulai zaman Uni Soviet– memimpin negeri tersebut.

Nazarbayev terus berkuasa hingga kembali terpilih pada Pemilu 26 April 2015. Seharusnya dia bertakhta sampai 2020. Namun, pada 20 Maret 2019, Nazarbayev mundur dari kekuasaan. Penggantinya adalah Kassym-Jomart Tokayev Kemelyevich.

Dalam pemerintahan panjangnya, tak bisa dimungkiri, pemindahan ibu kota dari Almaty ke Nur-Sultan adalah salah satu ”tetenger” kebijakan Nazarbayev. Dalam kondisi negara yang masih muda, Nazarbayev memutuskan pindah ibu kota. Meskipun, secara infrastruktur, Almaty yang terletak di kawasan selatan negeri tersebut masih cukup layak menjadi pusat pemerintahan.

Nazarbayev menuliskan alasan-alasan pemindahan itu ke dalam buku In the Heart of Eurasia. Buku yang terbit pada 2005 tersebut adalah tulisannya. Alasan-alasan pemindahan ibu kota tersebut juga ditayangkan di Museum Nasional Republik Kazakhstan.

Setidaknya ada empat alasan yang membuat Nazarbayev memindah ibu kota. Yang pertama, letak ibu kota baru itu ada di tengah-tengah negara. Nur-Sultan adalah sebuah equidistance. Jaraknya kira-kira sama dari tepi-tepi negara. ”Sangat bermanfaat secara ekonomi dalam hal merekayasa tugas-tugas atau membangun infrastruktur pasar,” tulis Nazarbayev di halaman 93 buku tersebut.

Alasan itu diamini Gulnur Seisenkulova, warga Kazakhstan yang bekerja sebagai staf Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan dan Tajikistan. ”Presiden kami ingin menyatukan negeri,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X