BAGHDAD –Kepada Amerika Serikat (AS), Iran seolah berteriak: lu jual, gue beli. Dilecehkan Donald Trump, direspons dengan menjanjikan hadiah uang untuk siapa saja yang bisa membunuh Presiden Diancam situs-situs budayanya akan dihancurkan, dijawab dengan mengunggah foto situs-situs tersebut.
Dan, kemarin, empat hari setelah komandan pasukan elite Qasem Soleimani tewas akibat serangan drone AS, Iran balas menyerang dua markas tentara AS di Iraq. Sebanyak 22 misil ditembakkan dari Teheran antara pukul 01.45 dan 02.15 waktu setempat Rudal tersebut menyasar pangkalan udara Ain Al Assad dan markas militer di kota Arbil.
''17 rudal jatuh di Al Asad dan lima jatuh di Kota Arbil,'' tulis Angkatan Bersenjata Iraq dalam pernyataan resminya, seperti dikutip Agence France-Presse.
Serangan kali ini dilakukan terang-terangan. Iran langsung mengakui serangan tersebut. Kementerian Pertahanan AS juga mengonfirmasi bahwa rudal-rudal tersebut ditembbakn dari wilayah Negeri Para Mullah tersebut.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan bahwa agresi kemarin merupakan upaya membela negara. ''Ini adalah balasan yang adil terhadap aksi pengecut yang dilakukan terhadap warga dan pejabat kami,'' paparnya via Twitter.
Dan, ini bukanlah puncak pe4rseteruan. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei memastikan bahwa konflik Iran dan AS belum berakhir.
Menurutnya, serbuan rudal kemarin hanyalah sekedar tamparan bagi AS. Soal balas dendam, orang nomor satu di Iran itu mengatakan bahwa AS harus menunggu balas dendam sesungguhnya.
''Aksi militer seperti ini tak cukup. Apa yang penting adalah hilangnya kehadiran si korup AS (di Timur Tengah) berakhir,'' ungkap Khamenei seperti yang dilansir oleh BBC.
AS dan koalisi menyatakan bahwa tak ada korban jiwa dari serangan tersebut. Jubir Pentagon Jonathan Hoffman mengatakan peringatan Iran beberapa hari sebelumnya membuat personel AS di lapangan melakukan antisipasi. Bahkan, markas sempat membunyikan alarm saat Iran baru meluncurkan rudal.
''Markas dan pangkalan AS di wilayah terus meningkatkan kewaspadaan selama beberapa hari terakhir,'' imbuh Hoffman.
Namun, Menteri Luar Negeri Inggirs Dominic Raab mendapatkan laporan bahwa ada korban jiwa atas serangan tersebut. Raab juga memprotes penggunaan senjata balistik yang melanggar aturan internasional serta kesepakatan Iran pada 2015 silam.
''Kami mengutuk serangan di markas markas koalisi militer yang juga markas dari tentara Inggris,'' imbuhnya.
Media Iran mengatakan bahwa setidaknya 80 tentara AS meninggal karena serangan tersebut. Selain itu, aset militer seperti drone dan helikopter rusak akibat ledakan dudal.
''Kami mempunyai data tentang 140 target di tingkat regional. Jika AS melakukan kesalahan lagi, balasan kami akan jauh lebih besar,'' tulis Iran Revolutionary Guard Corps (IRGC).