Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh Reynhard Tambos Maruli Tua Sinaga di Manchester menyedot perhatian. Disebut-sebut sebagai pemerkosaan berantai terbanyak di bumi, banyak yang ingin tahu latar belakang mahasiswa S-3 University of Leeds itu.
FEBRY FERDIAN, Depok, Jawa Pos
DARI sejumlah dokumen yang ada, Reynhard diketahui sebagai warga Jalan Dahlia, Pancoran Mas, Depok. Rumahnya berlantai dua, berdiri megah. Sejumlah warga sekitar mengonfirmasi bahwa bangunan itu adalah rumah keluarga cowok dengan tinggi 170 cm yang akrab disapa Rey tersebut. Di sampingnya, ada gedung Graha and Convention Hall Ronatama. Area parkirnya luas. Gedung itu juga milik mereka. Jika ditotal, semua properti keluarga tersebut di kawasan itu mencapai 3 hektare.
Saat didatangi kemarin (7/1), hanya tukang kebun dan penjaga rumah yang menemui. Seperti sudah mendapat brifing mengenai kabar tak mengenakkan, mereka irit bicara. Hanya jawaban singkat dan gelengan kepala. ”Semuanya di luar negeri,” kata salah seorang penjaga.
Seorang pemilik warung di depan rumah yang meminta disapa Bulik mengatakan bahwa orang tua Rey jarang di rumah. Tapi, semua tahu bahwa keluarga itu kaya raya meski tidak ada yang tahu bisnis yang dijalani. Lokasi rumah tersebut merupakan kompleks hunian mewah dan rumah keluarga pria kelahiran Jambi, 19 Februari 1983, itu merupakan yang terbesar. Gedung convention hall-nya biasa disewakan untuk umum.
Abraham Jonathan, ketua RW 11, lingkungan rumah itu, mengatakan bahwa keluarga Rey sudah lebih dari empat tahun tinggal di situ. Selama ini mereka dikenal baik. Namun memang jarang di rumah. ”Tapi, kalau pekerjaannya apa, saya enggak tahu. Mereka baik. Selalu rutin kalau kasih sumbangan pas 17-an dan kegiatan lain,” ucap dia.
Abraham menjelaskan, orang tua Rey selalu mengatakan bahwa salah satu anaknya sedang kuliah di Inggris. Tetapi, Abraham tidak mengetahui apakah yang dimaksud itu Rey atau bukan. ”Pas pindah ke sini, anaknya udah kuliah di Inggris. Tapi, anaknya itu kan ada empat,” tutur dia.
Dia tidak menyangka bahwa kejadian yang menyedot perhatian dunia itu melibatkan keluarga warganya. Abraham hanya bisa prihatin dan mendoakan agar kasus tersebut segera selesai.
Sebelum berangkat ke Inggris, Rey menyelesaikan kuliah di UI. Dia merupakan lulusan SMAN 1 Depok. Jawa Pos mendatangi tempat itu dan bertemu dengan Kepala SMAN 1 Depok Supiana.
Supiana membenarkan, ada catatan yang menyebutkan bahwa Rey pernah menuntut ilmu di sekolah itu. Rey lulus pada 2002 dari jurusan IPA. Nilai akademiknya berada pada tingkatan rata-rata di sekolah. ”Dia enggak ranking, di tengah-tengah,” terang Supiana.
Soal kepribadian, tidak banyak yang diketahui Supiana tentang Rey. Sebab, kala itu Supiana belum bertugas di sekolah tersebut. Para guru hingga wali kelas yang pernah mengajar Rey, menurut dia, juga sudah pensiun. Namun, berdasar informasi yang masuk, Rey disebutnya sebagai siswa yang baik. Rey masuk Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) melalui jalur SBMPTN. ”Kalau dulu kan sedikit yang bisa masuk. Dia salah satunya. Berarti kan bagus juga,” ucap dia.
Kepala Humas dan KIP UI Rifelly Dewi Astuti membenarkan bahwa Rey merupakan alumnus UI. Meski begitu, UI sebagai lembaga pendidikan mengutuk perbuatan tersebut. Perbuatan yang biadab serta bertentangan dengan hukum dan kemanusiaan. ”Kami ikut prihatin kepada para korban atas peristiwa yang mereka alami,” ucapnya dalam pernyataan tertulis.