PROKAL.CO,
TAK semua orang suka mengoleksi sepeda ontel. Rory Roihan Al Maududi merasa, hobinya ini agaknya memang membuat seseorang sedikit berbeda dibanding yang lain. Padahal kalau dia mau, sepeda yang lebih modern juga tak kalah menarik. Namun, hatinya jatuh pada sepeda ontel. Dia menyebut jika sudah sering dicap atau dianggap orang gila karena hobinya yang terkesan mengoleksi barang bekas.
“Saya sudah biasa kalau dianggap gila. Enggak pernah tersinggung juga. Bagi saya, selama enggak mengganggu kehidupan orang lain, ya bukan masalah. Lain hal kalau hobi saya ini mengganggu hidup mereka. Ini kan enggak,” ucap Rory ditemui di kediamannya, di bilangan Kemakmuran Samarinda.
Hal tersedih baginya adalah saat terjadi kerusakan. Harap maklum, usia sepeda sudah puluhan tahun. Tak bisa berharap lebih jika semuanya memiliki kondisi prima. Satu-satunya cara dengan terus merawat dan memastikan sepeda masih berfungsi. Bagian yang paling sering rusak biasanya ban atau pedal. Untungnya Rory sudah biasa dan punya keahlian memperbaiki.
“Kalau sekarang untuk pilihan warna ban hanya ada hitam. Dulu lebih beragam. Ada putih atau cokelat. Seandainya masih ada pun harganya lumayan, sepasang bisa sekitar Rp 300 ribu. Misalkan saya mau warna lain, harus pesan online di Jawa,” paparnya. Biasanya kalau sepeda sudah rusak, Rory pusing memikirkan cara mencari barang pengganti. Persediaan terbatas jadi pemicu.
Mengoleksi ontel semacam ada kebahagiaan batin. Tak kalah penting, relasi atau teman yang sudah dianggap saudara pun bertambah karena Rory bergaul dengan sesama pencinta sepeda ontel. Bahkan ke beberapa daerah lain di Kaltim.
“Jika ingin mengoleksi juga, paling penting itu harus teliti dan punya kesabaran. Barang tua itu enggak boleh dipakai sembarangan, jangan kasar. Kalau rusak juga perbaikinya harus sabar. Sebab, enggak semudah memperbaiki sepeda baru modern. Sepeda tua itu bautnya ganjil,” jelas Rory serius.