Amerika Serikat (AS) mau menggelontorkan artileri darat? Eits, tak seperti Iraq, wilayah Iran bergunung-gunung. AS mau mengandalkan drone? Iran malah lebih dulu memanfaatkan pesawat nirawak itu. Bagaimana kalau menyerang lewat laut? Jangan lupa, yang mau diserang punya kapal-kapal selam ampuh.
Mochamad Salsabyl Adn, Jawa Pos
SEKILAS, keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump emmprovokasi Iran dengan membunuh Jenderal Qasem Soleimani seperti mengulang skenario yang dilakukan Negeri Paman Sam itu terhadap Presiden Iraq Saddam Hussein dulu. Macam-macam, tinggal bom, lalu invasi saja.
''Perang pasti terjadi. Pertanyaannya, di mana, kapan, dan bagaimana,'' ujar Charles Lister, direktur program kontra terorisme dan ekstremisme di Middle East Institute, seperti yang dilansir oleh National Post.
Katakanlah “Perang Dunia III”, seperti tagar yang ramai jadi perbincangan di media sosial setelah Soleimani tewas akibat serangan drone AS Jumat lalu itu (3/1), benar terjadi. Benarkah AS bakal segampang itu menggulung Iran seperti yang mereka lakukan di Iraq?
Nanti dulu. Iran bukan Iraq. Ada banyak sekali faktor pembeda. Iran merupakan negara dengan sistem pertahanan yang kuat. Negara itu juga solid di bawah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Di sisi lain, pasca Perang Dunia II, AS sudah terlibat perang dengan empat negara: Korea, Vietnam, Afghanistan, dan Iraq. Satu-satunya yang dimenangkan adalah perang melawan Iraq. Perang dengan Afghanistan masih belum berakhir sampai kini. Perang Korea bisa dibilang berakhir seri. Dan, AS kalah di Vietnam.
Pertanyaannya, bagaimana AS berencana menaklukan Iran yang luasnya lebih besar dari keempat negara tersebut jika digabung. Mengutip utas yang ditulis penulis, konsultan, dan pemerhati teknologi Tomi T. Ahonen di Twitter, saat menginvasi Iraq, AS dengan mudahnya mengerahkan artileri darat seperti tank dan roket. Mudah saja bermanuver di negara yang dipenuhi padang pasir.
Masalahnya, Iran dipenuhi oleh pegunungan. Sama seperti Afghanistan yang sampai saat ini belum bisa 100 persen ditakhlukan AS. ''Kemungkinan besar, AS bakal memilih serangan udara,'' imbuh Bud Wichers, pakar militer timur tengah, kepada Jawa Pos.
Dengan drone atau pesawat nirawak supercanggih seperti Predator atau MQ9 Reaper (yang melepaskan misil yang menewaskan Soleimani), AS memang bisa menyerang tanpa khawatir ada personel militer yang meninggal. Tapi, solusi dari udara itu bukan lantas berarti AS bisa mengakhiri perang tanpa kehilangan apapun.
Ahone mengingatkan, Iran adalah negara kedua setelah Israel yang menggunakan teknologi drone. Jauh sebelum AS. Bahkan, Iran adalah negara pertama yang menyematkan senjata di pesawat nirawak. Itu artinya, Iran juga bisa menyerang aset-aset AS dan sekutunya di Timur Tengah.