AS dan Iran Tegang, Harga Minyak Bumi Melejit

- Sabtu, 4 Januari 2020 | 14:22 WIB
PICU PERANG DUNIA III ..? : Tentara AS di Iraq berjaga-jaga pasca pembunuhan komandan pasukan elit Iran, Mayjen Qasem Suleimani.
PICU PERANG DUNIA III ..? : Tentara AS di Iraq berjaga-jaga pasca pembunuhan komandan pasukan elit Iran, Mayjen Qasem Suleimani.

BAGHDAD– Pembunuhan komandan pasukan elite Iran Mayjen Qasem Soleimani membawa dampak ekonomi bagi seluruh dunia. Yang langsung terpukul adalah harga minyak bumi. Komoditas penting tersebut adalah yang pertama kacau jika negara di perairan Teluk terus bergejolak.

Kemarin (3/1) harga minyak Brent di bursa London naik 4,5 persen menjadi USD 68,36 (Rp 951 ribu) per barel. Sedangkan minyak WTI yang menjadi tolok ukur harga di AS naik 4,1 persen menjadi USD 62,91 (Rp 876 ribu) per barel.

Bursa Wall Street jeblok 0,8 persen meski pada akhirnya mencatat kenaikan. Di Asia, beberapa bursa juga menjadi lesu. Misalnya, bursa Hongkong Hang Seng turun 0,3 persen. ’’Laporan mengenai ketidakpastian geopolitik baru saja tiba di meja investor,’’ ungkap pakar investasi Jeffrey Halley dari Oanda kepada Associated Press.

Tentu saja investor takut jika Iran melancarkan aksi balasan. Mereka punya banyak cara untuk mengganggu saluran minyak di perairan Teluk. Pertama, mereka bisa memblokade Selat Hormuz dan mencegah kapal tanker lewat. Mereka juga bisa melumpuhkan jaringan pipa minyak Arab Saudi seperti insiden tahun lalu.

Belum lagi, terganggunya pasokan minyak Iraq jika konflik terjadi di sana. Saat ini saja, pemerintah AS sudah memerintah seluruh pekerja migas di Iraq untuk keluar negeri. Padahal, Iraq merupakan salah satu pemasok global minyak bumi.

’’Jadi, yang ditakuti konsumen bukanlah penurunan suplai minyak Iran. Namun, risiko bahwa konflik ini bakal menyebar ke Arab Saudi, Iraq, atau bahkan kapal-kapal AS,’’ ungkap Cailin Birch, pakar ekonomi di The Economist Intelligence Unit, sebagaimana dilansir Agence France-Presse.

Saat ini, Selat Hormuz merupakan aset terpenting bagi industri migas internasional. Setiap hari, 18 juta barel minyak bumi disuplai via perairan tersebut. Jika terganggu, pasokan bakal banyak terpangkas.

Meski begitu, Birch menganggap dampak insiden kali ini tak separah serangan di kilang minyak Saudi Aramco. Saat itu, harga minyak bumi naik hingga 10 persen. ’’Sampai saat ini, dunia belum melihat bukti bahwa pasokan minyak benar-benar terpangkas. Berbeda saat jaringan pipa Saudi Aramco lumpuh dan mengurangi 5 persen pasokan minyak di dunia,’’ paparnya. (bil/c17/sof)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X